Mura dan OI Siaga Darurat Karhutla

PADAM: Ilustrasi petugas sedang memadamkan kebakaran lahan. Foto: Istimewa--
REL, Palembang – Status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan terus meluas. Pemerintah Kabupaten Musi Rawas (Mura) dan Ogan Ilir (OI) resmi menetapkan status siaga darurat, menyusul delapan daerah lainnya yang lebih dulu mengambil langkah serupa.
Dengan penambahan dua daerah ini, total sudah 10 kabupaten/kota di Sumsel yang menetapkan status siaga darurat karhutla. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya titik panas (hotspot) serta potensi karhutla di sejumlah wilayah yang mulai menunjukkan gejala serius memasuki puncak musim kemarau 2025.
“Pemkab Mura dan Ogan Ilir sudah menaikkan status siaga. Kini sudah ada 10 pemda yang meningkatkan status siaga, termasuk Pemprov Sumsel di tingkatan provinsi,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, Minggu (13/7/2025).
10 Daerah di Sumsel yang Telah Siaga Darurat Karhutla amtara lain, Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Lahat, Prabumulih, Muara Enim, Ogan Ilir, Musi Rawas dan Provinsi Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Pastikan Kelayakan Kapal dan Sarana Pendukung
Pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama instansi terkait tengah memperkuat koordinasi dan mempercepat mobilisasi peralatan dan personel ke wilayah rawan karhutla.
Koordinasi juga dilakukan dengan BNPB pusat.
“Tiga hari lalu kita sudah koordinasi dengan BNPB terkait kegiatan BPBD di Sumsel dalam menghadapi musim kemarau dan bencana karhutla tahun ini,” jelas Sudirman.
Menurutnya, peningkatan status ini memungkinkan masing-masing daerah mengakses bantuan logistik dan teknis dari provinsi maupun pemerintah pusat, termasuk kemungkinan digelarnya operasi pemadaman udara apabila kondisi dianggap kritis.
Status siaga darurat karhutla membuka akses bagi BPBD untuk mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki. Mulai dari alat pemadam kebakaran, mesin semprot air, hingga helikopter water bombing jika diperlukan.
BACA JUGA:Pembangunan Tol Betung–Jambi Terus Dikebut
Lebih lanjut, masyarakat juga diimbau agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, yang justru bisa memperparah kondisi.
“Kami mengimbau warga tidak membuka lahan dengan membakar. Segera laporkan ke petugas jika melihat tanda-tanda kebakaran,” tegas Sudirman.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memprediksi bahwa wilayah Sumatera Selatan akan mengalami puncak musim kemarau antara Juli hingga Agustus 2025. Kondisi ini sangat rentan terhadap penyebaran kebakaran lahan, khususnya di wilayah bergambut dan minim sumber air.