Dibangun pada tahun 1928 dan diresmikan tahun 1935, masjid ini merupakan masjid pertama dan tertua di Jepang, dan menjadi saksi bisu perkembangan Islam di negeri sakura.
Arsitektur masjid ini dirancang oleh Jan Josef Svagr, seorang arsitek asal Ceko, dengan gaya tradisional India. Dari luar, bangunannya terlihat kokoh dengan menara tinggi bergaya kuno yang mengingatkan pada masjid-masjid era kolonial di Asia Selatan.
Namun begitu masuk ke dalam, pengunjung akan takjub dengan dinding marmer putih yang halus, berpadu dengan ornamen emas dan nuansa kehangatan khas Timur.
Berlokasi di Distrik Kitano, Kobe, masjid ini tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat komunitas Muslim setempat.
Menariknya, Masjid Kobe juga sempat bertahan dari berbagai bencana besar seperti Perang Dunia II dan Gempa Besar Hanshin tahun 1995, yang menunjukkan kekuatan sekaligus nilai historis dari bangunan ini.
Untuk mencapai Masjid Kobe, pengunjung cukup naik kereta JR, Hanshin, atau Hankyu, dan turun di Stasiun Sannomiya. Dari sana, hanya perlu berjalan kaki sekitar 12 menit menuju lokasi.
Simbol Keberagaman dan Toleransi di Jepang
Keberadaan masjid-masjid ini tidak hanya menunjukkan pertumbuhan komunitas Muslim di Jepang, tetapi juga menjadi simbol harmonisasi antara Islam dan budaya Jepang.
Setiap sudut masjid tidak hanya menyampaikan pesan keindahan arsitektur, tapi juga nilai-nilai perdamaian, keterbukaan, dan rasa ingin tahu antarbudaya.
Bagi para wisatawan Muslim yang tengah menjelajahi Jepang, Tokyo Camii dan Masjid Kobe adalah dua destinasi wajib – bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk menyerap kedamaian dan keindahan yang ditawarkan oleh warisan spiritual dan budaya ini.***