Malam Satu Suro di Daerah Lain Menyimpan Arti Baru, Ini Pergeseran Sakral yang Terjadi!

Jumat 20 Jun 2025 - 08:43 WIB
Reporter : Farrel
Editor : Farrel

REL, Empat Lawang - Malam Satu Suro adalah salah satu momen paling sakral dalam kalender Jawa, bertepatan dengan malam pertama di bulan Suro (bulan pertama dalam penanggalan Jawa, yang bertepatan dengan Muharram dalam kalender Hijriah).

Tradisi ini sejak lama dipercaya memiliki nuansa spiritual yang kuat, penuh dengan makna mistis, kontemplatif, dan simbolis.

Namun, seiring waktu, makna Malam Satu Suro mengalami pergeseran di berbagai daerah, mencerminkan dinamika budaya dan kepercayaan masyarakat.

Dalam budaya Jawa, Malam Satu Suro menandai dimulainya tahun baru Jawa. Malam ini dianggap penuh kekuatan spiritual dan dijadikan waktu untuk refleksi, tapa (bertapa), atau ritual keheningan.

BACA JUGA:Menarik Untuk Di kunjungi Ini 6 Wisata Edukasi Favorit di Malang yang Wajib Dikunjungi

Beberapa kalangan meyakini bahwa malam ini merupakan waktu di mana batas antara dunia fisik dan spiritual menjadi tipis, sehingga lebih mudah untuk berinteraksi dengan dimensi gaib.

Tradisi leluhur seperti tirakat, laku tapa bisu (berjalan tanpa bicara), nyepi Jawa, hingga pembersihan benda pusaka (jamasan) adalah bentuk penghormatan terhadap momen ini.

Di kalangan keraton seperti Yogyakarta dan Surakarta, ritual resmi dan upacara adat dilakukan untuk memperingati pergantian tahun Jawa, menegaskan makna filosofis Malam Satu Suro sebagai simbol permulaan baru.

Meskipun awalnya kental dengan unsur spiritualitas dan budaya Jawa, makna dan perayaan Malam Satu Suro mengalami pergeseran di berbagai daerah di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa.

BACA JUGA:Mengenal Komodo Lebih Dekat: Petualangan Edukatif di Timur Indonesia

Pergeseran ini dipengaruhi oleh perubahan zaman, modernisasi, hingga penyebaran informasi yang menyatukan banyak unsur budaya lokal.

1. Asosiasi dengan Hal Mistis atau Horor

Di banyak wilayah, terutama dalam budaya populer, Malam Satu Suro mulai dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis atau supranatural. Pengaruh film horor Indonesia pada era 1980-an hingga 2000-an yang menggunakan "Satu Suro" sebagai latar cerita telah membentuk persepsi umum bahwa malam ini adalah malam penuh ketakutan, bukan perenungan.

2. Perayaan Modern dan Komunitas Spiritual Baru

Beberapa komunitas spiritual modern justru menjadikan Malam Satu Suro sebagai momentum untuk mengadakan acara massal seperti meditasi bersama, pertemuan komunitas energi spiritual, atau kegiatan reflektif yang dipadukan dengan elemen kepercayaan non-tradisional. Ini merupakan bentuk akulturasi budaya Jawa dengan tren spiritual kontemporer.

BACA JUGA:Eksplorasi Seru 7 Wisata Edukasi di Jawa Timur: Belajar Sambil Liburan

3. Reduksi Tradisi di Perkotaan

Di kota-kota besar, peringatan Malam Satu Suro cenderung kehilangan makna filosofisnya. Banyak generasi muda yang hanya mengenalnya sebagai bagian dari cerita mistis, tanpa memahami nilai-nilai kultural dan spiritual yang terkandung di dalamnya. Tradisi seperti tapa bisu atau nyepi lokal makin jarang ditemukan, tergeser oleh aktivitas malam seperti nongkrong, hiburan, atau bahkan dianggap malam biasa.

Kategori :