Menguak Makna Dan Ritual Malam Satu Suro,Tradisi Unik Di bulan Keramat!

Net/Foto/Ist.--
REL,EMPATLAWANG - Setiap tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, masyarakat Jawa memperingatinya sebagai Malam Satu Suro.
Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan masih terus dilestarikan, terutama oleh masyarakat di Yogyakarta, Surakarta (Solo), serta wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Malam Satu Suro dianggap sebagai malam yang suci dan penuh makna spiritual. Bagi masyarakat Jawa, malam ini bukan hanya peringatan tahun baru Jawa, tetapi juga waktu untuk melakukan renungan, tirakat, dan pembersihan diri dari segala hal buruk.
BACA JUGA:Homo Sapiens Park, Wisata Edukasi Bertema Prasejarah di Magelang Jadi Favorit Keluarga
Asaln Usul Mala Satu Suro
Tradisi ini berawal pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram. Beliau menyatukan penanggalan Islam dan Jawa untuk menyatukan rakyat dari berbagai latar belakang kepercayaan agar bersatu melawan penjajah Belanda. Sejak saat itu, 1 Muharram disesuaikan menjadi 1 Suro dalam kalender Jawa.
Satu Suro juga bertepatan dengan hari Jumat Legi, hari yang dianggap keramat oleh masyarakat Jawa.Pada hari itu, Sultan Agung mengadakan pengajian, ziarah ke makam wali, serta doa bersama.Tradisi tersebut kini diteruskan dalam bentuk berbagai ritual dan kegiatan spiritual.
Berbagai Tradisi Malam Satu Suro
Ada beberapa tradisi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam menyambut malam Satu Suro, antara lain:
- Jamasan Pusaka
Yaitu ritual memandikan benda-benda pusaka seperti keris, tombak, dan pedang milik keluarga atau keraton. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keselamatan, ketenangan, dan perlindungan. Proses jamasan biasanya dilakukan dengan air kembang dan dilakukan secara khusyuk.
- Sedekah Laut
Tradisi ini umum dilakukan oleh masyarakat pesisir, seperti di Pantai Baron dan Pantai Kukup, Gunung Kidul, Yogyakarta. Warga membawa makanan dan hasil bumi dalam bentuk gunungan, lalu melarungnya ke laut sebagai simbol pembersihan diri dan penolakan bala.
- Kirab Suro
Di Keraton Surakarta, diadakan kirab benda pusaka dan kerbau bule (kebo bule) milik keraton. Kirab ini dilakukan pada malam hari dan diikuti oleh banyak warga. Mereka juga berebut sesaji yang diyakini membawa berkah.