Tawaran ini menjadi senjata pamungkas Zuckerberg dalam persaingan membangun Artificial General Intelligence (AGI) — AI dengan kecerdasan setara manusia.
Altman mengakui bahwa Meta memang sudah lama mengincar para ilmuwan terbaik OpenAI. Namun, menurutnya, sebagian besar pegawai tetap setia pada misi OpenAI.
“Meta berhasil merekrut beberapa orang hebat, saya akui. Tapi mereka gagal mendapatkan incaran teratas. Mereka sudah mencoba berkali-kali, bahkan menawarkan posisi Chief Scientist,” kata Altman dengan nada sinis.
OpenAI Siapkan Strategi Balasan
Menanggapi situasi ini, Altman menyebut OpenAI sedang mengkaji kenaikan gaji bagi seluruh tim peneliti AI-nya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa uang bukanlah satu-satunya motivasi di balik kerja keras timnya.
BACA JUGA:Gila! Oppo Find X9 Pro Punya Kamera 200MP dan Baterai 7500mAh, Performa Ngebut Dimensity 9500!
BACA JUGA:David Hadrianto Serap Aspirasi Warga Kikim Selatan, Soroti Pendidikan dan Kesejahteraan Petani
“Saya bangga industri ini dibangun atas dasar misi, bukan semata uang. Tentu saja akan selalu ada prajurit bayaran, tapi saya percaya para misionaris akan menang,” ujar Altman.
Zuckerberg Tak Tinggal Diam
Langkah agresif Meta ini mencerminkan ambisi besar Mark Zuckerberg untuk mempercepat pengembangan AI.
Setelah sukses dengan proyek Llama, model bahasa terbuka buatan Meta, Zuckerberg kini ingin memperluas dominasi perusahaan dalam bidang AI generatif — wilayah yang selama ini dikuasai OpenAI lewat ChatGPT.
Dengan persaingan yang makin ketat, perang talenta AI diprediksi akan terus berlanjut.
Dunia teknologi pun menantikan babak baru pertarungan dua raksasa ini: misi idealis OpenAI versus strategi kapitalis Meta. **