Anda sudah tahu: akhir cerita antrean masuk sidang Presiden Trump ini seperti apa.
Setidaknya sudah merasa: sampai seri ketiga tulisan kemarin belum juga berisi jalannya sidang.
PHP selalu ada di kehidupan. Salahnya yang mudah terkena harapan palsu.
Ketika ada petugas yang meneriakkan "jangan ada yang meninggalkan antrean" mulailah senang. Rasa penat berkurang. Antre tidak akan lama lagi.
Ternyata teriakan itu untuk yang antre di barisan kiri. Kami di barisan kanan. Awalnya barisan kiri itu tidak ada. Setelah dua jam barisan kanan mengular mulailah ada barisan kiri.
BACA JUGA:17 Calon Panwascam Bersaing Ketat
BACA JUGA:Tebing Tinggi Tertinggi Kasus DBD
"Mestinya saya di situ," kata saya dalam hati. Itulah antrean untuk wartawan.
Tapi tidak. Sesama wartawan mereka punya keplek. Saya tidak. Keplek itu terlihat dikalungkan di leher. Lebar. Ada nama dan dari media mana. Untuk mendapatkannya tidak bisa mendadak.
Kian lama barisan kiri itu kian panjang. Menyamai panjangnya antrean kanan. Media pun ternyata harus antre lebih satu jam.
Selama antre saya lihat dua kali petugas memeriksa sekilas barisan kiri itu: apakah semua berkeplek.
BACA JUGA:Kasus Vina: Pengacara Desak Pencopotan Kapolsek Kapetakan atas Dugaan Kesalahan Penangkapan
Tidak ada yang menyelundup. Tidak juga anak Pak Iskan.
Ia memang tidak terlalu ingin meliput jalannya sidang. Ia ingin tahu sidangnya. Soal isi sidang media sudah melaporkannya dengan lengkap. Saya tidak akan mampu melakukan yang lebih baik --kecuali sejak awal mengikutinya.