REL , - Dalam sebuah acara diskusi pada Senin (27/05/2024), mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengeluarkan sindiran yang cukup tajam terhadap kabinet saat ini yang dipimpin oleh Prabowo Subianto. Salah satu sorotannya adalah terkait dengan utang Indonesia yang mencapai Rp 8.262 triliun.
Megawati menegaskan bahwa kabinet saat ini terlihat gemoy, mengisyaratkan kurangnya kebijakan yang kuat dalam mengatasi masalah ekonomi dan keuangan negara. Penyataan ini mencerminkan keprihatinan banyak pihak terkait dengan kinerja pemerintahan yang sedang berjalan.
Dalam konteks utang Indonesia yang mencapai angka fantastis tersebut, perbandingan dengan era pemerintahannya menjadi relevan. Di masa kepemimpinannya, Indonesia juga menghadapi beban utang yang signifikan, namun demikian, ada perbedaan dalam cara mengelolanya.
BACA JUGA:Gaji Pas-Pasan Terancam, Cuitan Soleh Solihun Soal Tapera Jadi Sorotan
BACA JUGA:Tugas Baru dari Mega, Akankah Ahok Jadi Lawan Bobby Nasution di Pilkada Sumut.
Pada masa Megawati, meskipun utang negara tidak sedikit, terdapat upaya konkret untuk meningkatkan penerimaan negara dan mengurangi defisit anggaran. Kebijakan ekonomi yang cermat dan efisien menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.
Sementara itu, dalam kabinet yang dipimpin oleh Prabowo, terlihat kurangnya langkah-langkah strategis dalam menangani utang negara. Hal ini menciptakan kekhawatiran terhadap ketahanan fiskal Indonesia di masa depan. Tanpa kebijakan yang tepat, risiko krisis keuangan dapat meningkat.
Perbandingan antara kedua era ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kebijakan ekonomi yang berkelanjutan dan pengelolaan utang yang bijaksana bagi kesejahteraan negara. Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, langkah-langkah yang tepat diperlukan untuk memastikan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan bagi Indonesia.(*)
BACA JUGA:Bank Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Perkuat Kerja Sama Diplomasi Ekonomi Internasional