Masih kata dia, jadi oleh karena itu, pihaknya menyarankan untuk pemilik kerambah terutama yang tinggal di kawasan Kayuagung. Untuk pembesaran ikan, usahakan kerambah diperhatikan setiap hari.
Ditegaskan Ahmad, ketika surut air, kerambah misalnya digeser ke tengah yang banyak airnya maka berangsur-angsur, tetapi perlahan dan usahakan ikan jangan sampai stres. Ini dapat mencegah ikan-ikan mati mendadak.
"Jadi ikan-ikan itu harus di air yang banyak atau dalam. Sehingga cari posisi kerambah agar berada di air yang dalam. Dengan begitu, suhu keperluan airnya stabil untuk ikan yang dipelihara dalam kerambah," bebernya.
Dia menambahkan, mengenai peliharaan ikan-ikan dalam kerambah, ke depan apabila mempunyai tekad, bahwa usaha pembesaran ikan itu lumayan menjanjikan, maka berusahalah beralih ke budidaya ikan di dalam kolam atau di daratan.
"Baik itu kolam semen, kolam tanah, atau pun kolam terpal. Karena resiko budidaya ikan dalam sungai memang sangat labil, baik kualitas airnya atau kondisi ikannya. Kadang pagi ikan sehat tiba-tiba malam mati," terangnya.
Jadi, kata Ahmad, mereka tidak tahu aliran sungai, apalagi Kabupaten OKI yang disebut wilayah ilir. Dimana ilir adalah tempat berkumpulnya sampah, limbah, kualitas air jelek. Sehingga ikan-ikan rentan bisa mati mendadak.
Sebelumnya, salah pemilik kerambah ikan di Kelurahan Kayuagung Asli Kecamatan Kayuagung, Udin (44), pemilik mengaku, banyak ikan di dalam kerambahnya yang mati mendadak. Yakni ikan jenis toman.
"Saya tidak tahu karena apa matinya ikan-ikan ini, mungkin faktor air dan anehnya dulu tidak seperti ini. Air Sungai Komering surut sudah hampir hampir satu bulanan ini," kata dia.
Menurut Udin, dalam satu hari, jumlah ikan Toman yang mati di dalam kerambah beragam. Terkadang 5 ekor hingga 10 ekor, bahkan pernah lebih dari itu. Dimana, ikan yang sudah mati terpaksa harus dibuangkan.
"Karena matinya ikan-ikan yang dipelihara jelas membuat rugi. Dan kalaupun dijual dengan harga murah," tukasnya.