Kapitalisasi Pilkada Ancaman bagi Sumsel

Bagindo Togar. Foto: dok/ist--

“Saya tidak perlu menyebut nama, pasti masyarakat sudah tahu. Berbeda dengan Pilkada sebelumnya, di mana tokoh yang terpilih mengandalkan kinerja untuk mendapatkan dukungan Parpol, saat ini banyak yang hanya mengandalkan finansial. Hal ini sangat disayangkan karena tidak membawa manfaat bagi daerah,” katanya.

Selain Muba dan Palembang, fenomena kapitalisasi Pilkada juga diduga terjadi di Musi Rawas (Mura). Wakil Bupati Mura, Suwarti, yang berencana maju dalam Pilkada terpaksa mundur karena partainya memberi dukungan kepada pesaingnya, Bupati Mura aktif, Ratna Machmud, meskipun Suwarti adalah Ketua DPC Gerindra.

Ketua Himpunan Pengusaha Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HIPKA) Sumsel, Qodri Usman Siregar, menambahkan bahwa terpilihnya Cakada yang hasil kapitalisasi akan berdampak buruk pada perekonomian daerah. 

“Visi misi seorang Cakada seharusnya untuk membangun daerah, bukan untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Jika mereka terpilih, dunia usaha akan terganggu. Misalnya, dalam hal perizinan, bisa saja muncul biaya-biaya tambahan yang tidak resmi,” ungkap Qodri.

Qodri berharap Pilkada 2024 dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar terbaik. Ia menekankan agar kasus hukum yang pernah terjadi di Muba dan Muara Enim tidak terulang kembali.

“Di Muara Enim, pergantian kepala daerah terjadi hingga enam kali karena kasus operasi tangkap tangan (OTT) KPK. Di Muba, sudah tiga kali berganti kepala daerah. 

Sebagai pengusaha, kami tentu tidak ingin kondisi ini terus terjadi. Kondisi daerah yang tidak kondusif akan berdampak pada perekonomian. Kami berharap Pilkada mendatang dapat melahirkan pemimpin yang baik dan membawa kemenangan bagi semua pihak,” pungkasnya. (*)

Tag
Share