Disway Malang
Dirut Disway Malang Agus Pamujo saat berbicara di peluncuran Disway Malang di Malang Creative Center.--
Yang menarik, tidak ada di antara mereka yang berkeluh kesah. Mungkin karena sebelum itu saya sudah menegaskan bahwa pengusaha tidak boleh mudah mengeluh.
BACA JUGA:Artis Puput Novel Tutup Usia, Kenang Karya dan Dedikasinya dalam Dunia Hiburan
BACA JUGA:Waspadai Kombinasi Makanan Ini Saat Mengonsumsi Mangga
Setiap persoalan harus diatasi. Dicarikan jalan keluar. Bukan untuk dikeluhkan. Orang yang banyak mengeluh bukanlah pengusaha sejati.
Gedung ini menarik. Tidak didesain sebagai gedung perkantoran. Lantai-lantainya dibuat terbuka. Ruang-ruang kelas disediakan di salah satu pinggirnya.
Saya belum pernah melihat gedung seperti ini. Cocok untuk menampung kegiatan anak muda kreatif. Mungkin di Yogyakarta ada. Di bagian depan kampus Bulak Sumur Universitas Gadjah Mada.
Mungkin gedung itu kini sudah selesai dibangun. Tapi saya belum pernah memasukinya. Tidak bisa membandingkannya dengan MCC.
Ukuran gedung di UGM itu sangat besar. Megah. Namanya: Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK). Fungsinya sama dengan MCC: menampung segala macam kreasi yang terkait dengan ekonomi kreatif.
MCC dikelola Pemkot Malang. GIK dikelola UGM.
Di MCC banyak kursus-kursus bidang kreativitas.
Di GIK sering dilakukan kuliah umum yang terkait ekonomi kreatif.
Tiga tahun lagi akan terlihat mana yang lebih bermanfaat.
Tiga tahun lagi juga akan terlihat toilet MCC atau GIK yang tetap terpelihara kebersihannya.
Dua-duanya akan membebani: anggaran pemeliharannya sangat besar. Juga biaya listrik dan operasionalnya.
MCC pun tidak akan bisa seterusnya gratis. Pun GIK.