Kampung Dandang Kini Mulai Memudar

TAHAN: Ruslan, perajin dandang di Jalan Teladan, RT 1, Kelurahan Bandung Kiri, Kecamatan Lubuklinggau Barat I, salah satu perajin yang masih bertahan ditengah sepinya pembeli. Foto: dok/ist--

Meski demikian, Ruslan tetap memproduksi berbagai ukuran dandang, mulai dari ukuran 10 kg, 20 kg, hingga 25 kg. 

Dalam sehari, ia mampu membuat 6 dandang ukuran 10 kg, sedangkan untuk ukuran 25 kg, ia hanya bisa menghasilkan 4 dandang. 

Harga jualnya pun bervariasi, mulai dari Rp 125 ribu untuk ukuran 10 kg hingga Rp 275 ribu untuk ukuran 25 kg.

Proses pembuatan dandang masih dilakukan secara manual, mulai dari memotong aluminium hingga mengetok dan membentuknya menjadi dandang siap pakai. 

"Alhamdulillah, masih ada pesanan meski hanya 2-4 buah per hari," tambah Ruslan.

Untuk pemasaran, Ruslan kini mengandalkan penjualan melalui toko-toko dan media sosial. 

"Sekarang lebih sulit, pembeli jarang datang langsung seperti dulu. Kami lebih banyak menitipkan produk di toko-toko atau memasarkan ke kampung-kampung," pungkasnya.

Meski era kejayaan Kampung Dandang sudah mulai memudar, perajin seperti Ruslan tetap berjuang untuk melestarikan tradisi yang sudah melekat sejak lama. 

Bagi warga Lubuklinggau, dandang bukan sekadar alat masak, tetapi simbol sejarah dan kebanggaan kota. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan