Ikut Tidur

---

Musim dingin membuat wanita tampil lebih bergaya. Apalagi ini musim dingin tutup tahun. 

BACA JUGA:Pria 62 Tahun Tabrak Pembatas Jalan Tol Terpeka OKI

Kesimpulan saya: kota menjadi cantik kalau yang berlalu-lalang di kota itu juga cantik. 

Maka bagi wali kota yang ingin kotanya cantik rasanya perlu memberi insentif bagi wanita yang mau berlalu-lalang dengan gaya yang cantik. Atau memberi subsidi mereka Rp 400 triliun. 

Coba saja bila yang berlalu-lalang itu kumuh-kumuh, berkeringat, tidak ber-make-up, rasanya ikut pemilu pun malas. 

Nonton ''mode show'' itu harus kami akhiri. Malam sudah menjelang. 

BACA JUGA:Warga Muratara Temukan Jenazah Tanpa Identitas

Hari terakhir di tahun 2023 ini pun habis sepenuhnya untuk melihat bagaimana Shanghai bangkit setelah Covid-19. 

Rupanya selama Covid berbagai proyek baru diselesaikan. Begitu Covid lewat banyak hal baru bermunculan. 

Tidak semua bisa dilihat. Malam segera tiba. Belum menulis pula. Belum memilih komentar. Maka kami pun bergegas kembali ke hotel –sebuah hotel bintang tiga sekelas Ibis di Indonesia. Pun waktu di Beijing, ''manajemen'' perjalanan ini memilih hotel yang sederhana --asal lokasinya strategis. 

Sebenarnya saya agak mengeluh soal hotel ini. Bukan soal enak-tidaknya. Tapi jarak antara ranjang dan dindingnya terlalu sempit –untuk senam dansa tiap pagi. 

BACA JUGA:ASN Muba Diwajibkan Mengembalikan Kerugian Negara

Sering kali kaki menendang pinggir ranjang. Membuat istri kaget. Apa boleh buat. Di musim dingin seperti ini tidak mungkin berolahraga di taman. Padahal makan, tidur dan olahraga sama pentingnya. 

Keluhan soal hotel itu pun hanya saya pendam di hati. Kan saya sudah berkomitmen untuk tunduk pada aturan manajemen perjalanan. Anda pun, please, jangan bocorkan soal keluhan ini ke mereka. 

Sebenarnya hotel di Shanghai ini mudah dituju. Dari stasiun kereta bawah tanah People Park (人民广场) tinggal tiga belokan. Tapi tadi malam kami kesasar. Ke belokan yang dipenuhi orang antre. Ups, mereka ternyata antre sate kambing muda. Memenuhi pinggir jalan. Saya baca papan nama di atasnya: Sate Kambing Xinjiang. Makanya musiknya mirip musik Arab. Hanya bahasanya bahasa Xinjiang. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan