China Tanggapi Ancaman Donald Trump Soal BRICS: Fokus pada Kerja Sama, Bukan Konfrontasi

Doc/Foto/Ist--

REL,BACAKORAN.CO – Pemerintah China dengan tegas menanggapi ancaman Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang ancaman akan dikenakan tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS jika mereka terus berupaya menciptakan mata uang alternatif selain dolar AS.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (3/12), menekankan bahwa BRICS adalah platform kerja sama yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi global secara inklusif dan berkelanjutan.

BACA JUGA:Mencoba Kuliner Lezat di Bandung, Ini 7 Tempat Makan yang Wajib Dikunjungi

BACA JUGA:Melihat Desa Quran Palembang, Wisata Religi dan Edukasi yang Mempesona di Tengah Kota

“Sebagai platform kerja sama yang penting bagi pasar baru dan negara berkembang, BRICS mendorong keterbukaan, inklusivitas, serta kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi blok, dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun,” ujar Lin Jian.

Pernyataan ini menanggapi unggahan Trump di platform media sosialnya, Truth Social, pada Sabtu (30/11), yang menyatakan bahwa langkah BRICS untuk menjauh dari dolar AS tidak dapat diterima. Trump juga menuntut jaminan dari negara-negara BRICS agar tidak mendukung mata uang lain yang berpotensi menggantikan dolar AS.

“Jika mereka tetap melanjutkan rencana tersebut, mereka harus bersiap menghadapi tarif 100 persen dan kehilangan akses ke pasar AS,” tegas Trump.

Lin Jian menegaskan bahwa tujuan utama BRICS adalah untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan bersama, bukan menciptakan konfrontasi global.

BACA JUGA:Wisata di Yogyakarta yang Pas untuk Menyambut Tahun Baru 2025

BACA JUGA:Bikin Nagih, Ini 6 Rekomendasi Wisata Kuliner Bogor yang Enak dan Lezat

BRICS dan Dedolarisasi

Didirikan pada tahun 2009, BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan yang bergabung pada tahun 2011. Sejak Desember 2023, blok ini mencakup masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Meski anggota baru bergabung, nama BRICS tetap dipertahankan.

Negara-negara anggota BRICS, yang mewakili 43 persen populasi dunia dan 25 persen ekonomi global, dalam beberapa tahun terakhir semakin mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Langkah ini bertujuan mematahkan dominasi dolar dalam perdagangan internasional dengan mendorong penggunaan mata uang lokal.

Rusia, sebagai ketua bergilir BRICS pada tahun 2024, diperkirakan akan semakin mempercepat inisiatif dedolarisasi ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan