Mengenal 3 Tokoh Pahlawan Nasional Asal Sumatera Selatan yang Menginspirasi

Mengenal 3 Tokoh Pahlawan Nasional Asal Sumatera Selatan yang Menginspirasi--
Mengenal 3 Tokoh Pahlawan Nasional Asal Sumatera Selatan yang Menginspirasi
RAKYATEMPATLAWANG - Sumatera Selatan tidak hanya dikenal dengan wisata alam dan kulinernya yang memikat, tetapi juga sejarah panjang kepahlawanan.
Beberapa tokoh asal daerah ini telah mendapat gelar pahlawan nasional berkat pengorbanan dan kontribusi mereka dalam melawan penjajahan demi kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Melihat Pinto Khop, Keberadaan dan Signifikansi dalam Budaya Aceh
Berikut adalah tiga tokoh pahlawan nasional asal Sumatera Selatan yang layak dikenang:
1. Sultan Mahmud Badarudin II Lahir pada 1 Rajab 1181 Hijriah atau tahun 1767 di lingkungan Keraton, Sultan Mahmud Badarudin II adalah pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam pada dua periode, yakni 1803-1821.
Ia dikenal sebagai pejuang gigih yang berupaya menjaga kedaulatan Sriwijaya dari cengkeraman penjajah, khususnya saat menghadapi serangan Inggris dan Belanda.
BACA JUGA:UIN Alauddin Makassar, Skandal Uang Palsu, Citra Kampus Palsu, dan Rektor Tak Tahu Malu
Pertempuran besar yang dipimpinnya, seperti Perang Menteng, menjadi bukti keberaniannya. Ketika Belanda akhirnya menguasai Palembang, ia diasingkan ke Ternate hingga akhir hayatnya.
Kini, nama Sultan Mahmud Badarudin II diabadikan di berbagai tempat penting di Sumatera Selatan, seperti Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II, nama jalan, museum, dan mata uang Rupiah pecahan Rp10.000 terbitan 2005.
2. Kolonel M. Thalib Kolonel M. Thalib adalah tokoh militer asal Palembang yang lahir pada 23 Februari 1946. Selain berkarir di dunia militer, Thalib pernah menjadi jurnalis dan pengusaha.
Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ia bersama militer Sumatera Selatan menggunakan strategi bumi hangus, yang dikenal dengan slogan
“Kita Bakar Sumatera Selatan.” Strategi ini bertujuan menghancurkan infrastruktur agar tidak dapat digunakan oleh Belanda dalam upaya agresi kedua mereka di Indonesia. Taktik tersebut menyebabkan Belanda menghadapi kendala besar saat menyerang Sumatera Selatan, sehingga mempersulit mereka untuk menguasai wilayah tersebut sepenuhnya.