Rupiah Berpotensi Melemah Kembali pada Perdagangan Jumat (14/2) akibat Sentimen AS
![](https://rakyatempatlawang.bacakoran.co/upload/52bde0b16dcdbc5116671ec1a5a2aa93.jpg)
--
REL,BACAKORAN.CO – Nilai tukar rupiah diprediksi mengalami tekanan pada perdagangan Jumat (14/2) setelah sempat menguat tipis sehari sebelumnya.
Penguatan sementara ini tidak cukup kuat untuk menahan dampak rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berpotensi mendorong kembali pelemahan rupiah.
Pergerakan Rupiah : Penguatan Sementara di Tengah Volatilitas
Pada perdagangan Kamis (13/2), rupiah tercatat menguat 0,09% ke Rp 16.361 per dolar AS di pasar spot.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) juga naik tipis 0,006% menjadi Rp 16.365 per dolar AS.
Penguatan ini terjadi di tengah fluktuasi pasar keuangan yang masih terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global.
Namun, analis memperingatkan bahwa penguatan rupiah bisa bersifat sementara mengingat adanya tekanan dari faktor eksternal.
BACA JUGA:Redmi K80 Ultra Hadir! Baterai 7.000 mAh & Dimensity 9400 Plus, Siap Geser Flagship Lain?
Faktor Eksternal : Data Ekonomi AS dan Ekspektasi Pasar
Sentimen utama yang membayangi rupiah berasal dari AS, khususnya rilis data ekonomi yang lebih baik dari ekspektasi.
Beberapa indikator seperti inflasi, data tenaga kerja, dan tingkat suku bunga acuan The Fed menjadi faktor yang diperhatikan investor.
Jika data ekonomi AS menunjukkan kondisi yang lebih kuat dari perkiraan, hal ini dapat memperkuat dolar AS dan menekan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS yang lebih ketat dapat memperbesar tekanan pada rupiah.
BACA JUGA:Honorer Terancam Kena PHK Akibat Efisiensi Anggaran, Pemerintah Beri Solusi PPPK