Petani Kates Lintang Kanan Menjerit! Harga Anjlok, Produksi 30 Ton per Hari Terancam Mubazir

--
Rel, Empat Lawang – Suara keresahan tengah menggema dari para petani kates (pepaya) di Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang.
Harapan mereka akan masa depan cerah dari budidaya kates berubah menjadi kekhawatiran mendalam akibat harga jual yang tidak stabil dan rendah, bahkan terkesan "dipermainkan" tengkulak.
Andi, salah satu petani kates asal Lintang Kanan, menceritakan bahwa banyak petani beralih dari tanaman kopi ke kates karena dinilai lebih menjanjikan.
“Awalnya kates terlihat menguntungkan. Banyak yang ubah kebun jadi ladang kates. Tapi sekarang, harganya kacau dan sering tak laku,” ungkapnya.
Harga beli kates di tingkat petani hanya berkisar antara Rp800 hingga Rp1.000 per kilogram, jauh dari harapan mereka untuk bisa menutupi biaya produksi.
Tak jarang pembeli datang langsung ke kebun, memetik buah yang mereka anggap matang sempurna, namun menolak kates yang terlalu matang atau lembek.
Akibatnya, banyak kates yang sudah matang terbuang sia-sia, padahal bisa diolah menjadi saus atau produk makanan lainnya.
Kodri Malisi, Camat Lintang Kanan, membenarkan kondisi tersebut. Ia mengatakan bahwa produksi kates dari wilayahnya bisa mencapai 30 ton per hari, dengan banyak warga menanam di lahan belasan hektare per orang.
Sayangnya, karena tidak terserap pasar, buah-buah tersebut menumpuk dan membusuk.
“Kami sudah berupaya mencari pihak yang mau membeli, termasuk industri pengolahan makanan, tapi sampai saat ini belum ada hasilnya. Padahal potensi sangat besar,” ujar Kodri.
BACA JUGA:syarat lengkap pengangkatan PPPK paruh waktu 2024 untuk tenaga honorer
Petani berharap pemerintah daerah maupun pihak swasta bisa membantu mencarikan solusi.
Baik melalui penstabilan harga, kemitraan industri, atau pengolahan hasil pertanian, sehingga tidak ada lagi kates yang terbuang sia-sia.