Harga Kopi di Empat Lawang Anjlok, Petani Lesu

KEBUN: Ilustras aktifitas di perkebunan kopi di Sumatera Selatan. Foto: Istimewa/facebook.com--

REL, Empat Lawang – Harga komoditas kopi di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, kembali mengalami penurunan signifikan. Bila sebelumnya sempat menyentuh angka Rp 72.000 per kilogram, kini harga kopi di tingkat petani merosot hingga di bawah Rp 50.000 per kilogram. 

Kondisi ini membuat para petani kopi di wilayah tersebut merasa lesu dan cemas akan kelangsungan penghasilan mereka.

Apip, salah seorang petani kopi asal Empat Lawang, mengaku dirinya baru saja menjual 29 kilogram biji kopi kering dengan harga Rp 50.500 per kilogram.

Ia memperoleh total sekitar Rp 1,4 juta. Namun, dibandingkan harga tertinggi saat panen awal, angka itu dirasa sangat jauh menurun.

BACA JUGA:Gelar Lomba Kreatif HANI 2025

"Tadi pagi saya jual 29 kilogram, dapatnya cuma Rp 1,4 jutaan. Per kilonya Rp 50,5 ribu. Harga kopi sekarang makin turun," ujar Apip saat ditemui pada Senin (23/6/2025).

Apip menambahkan bahwa sepanjang musim panen tahun ini, penurunan harga terjadi secara bertahap namun konsisten. 

Ia sempat menjual biji kopi dengan harga tertinggi Rp 70.000-an per kilogram. Setelah itu, harganya terus menurun: ke Rp 65.000, lalu Rp 56.000, hingga akhirnya turun lagi hari ini.

"Kalau biji kopi yang masih basah atau kotor, sekarang harganya cuma sekitar Rp 48.000 per kilogram. Jadi bisa dibilang makin tak sebanding dengan kerja keras kami,” keluhnya.

BACA JUGA:Polres Empat Lawang Gelar Aksi Bersih dan Baksos Religi Serentak Sambut HUT Bhayangkara ke-79

Kondisi serupa juga dirasakan Darma, petani kopi lainnya. Ia menuturkan bahwa harga kopi saat ini sangat fluktuatif dan mayoritas menunjukkan tren penurunan.

"Sekarang ada yang beli di harga Rp 52 ribu, ada yang Rp 53 ribu, bahkan ada yang hanya Rp 49 ribu. Padahal kemarin sempat tembus Rp 70 ribuan. Semoga bisa naik lagi seperti dulu,” harap Darma.

Fenomena penurunan harga kopi ini dikhawatirkan dapat memukul semangat petani, terutama yang menggantungkan hidup dari hasil panen tahunan ini. 

Tidak sedikit petani yang berharap ada upaya dari pemerintah daerah atau pihak terkait untuk membantu stabilisasi harga dan membuka jalur distribusi yang lebih menguntungkan bagi petani.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan