Gembira Bahagia

RYU HASAN.--

Saya pun tidak jadi bertanya tentang yang saya janjikan di Disway sekian tahun lalu: kalau bertemu lagi dengan Ryu akan bertanya soal gejala khusyu' dalam salat. Apakah itu gejala agama atau psikologi. 

"Semua yang dilakukan manusia datang dari otak," katanya. Satu-satunya yang belum bisa diuraikan secara rinci, katanya, adalah soal kesadaran. 

BACA JUGA:Serah Terima Jabatan Waka Polres Empat Lawang Simak Ini Yang di Sampaikan Kapolres

Kalau soal datangnya emosi algoritma di otak sudah bisa diketahui. Pun soal perasaan. Dan khayalan. Yang dulu dianggap misteri sudah bisa jelas hitungan algoritmanya. "Tinggal soal perasaan saja yang belum diketahui secara rinci," katanya. 

Karena itu kini juga sudah bisa dirinci perbedaan antara gembira dan bahagia. "Rasa gembira itu muncul ketika ada pihak lain yang menderita. MU mengalahkan Everton itu gembira," katanya. 

Bisa beli mobil itu gembira karena banyak yang tidak mampu beli mobil. "Bahagia itu kegembiraan yang datang bukan karena ada pihak lain yang susah. Karena itu tingkat kebahagiaan orang Finlandia lebih tinggi," katanya. 

Ryu cucu salah satu pendiri NU: ulama kelas langitan dari Jombang, KH Wahab Chasbullah. Masa kecil Ryu di Riyadh. Bahasa utamanya Arab. Ketika pindah ke Bagdad, Iraq, ia bisa bicara bahasa Parsi. Dan ketika pindah ke Lebanon ia mempelajari bahasa Ibrani. 

BACA JUGA:5 Inspirasi Resep Donat yang Empuk dan Mudah Dibuat

Waktu kecil Ryu merasa terbuang dari lingkungan. Ia anak autis. Ia mengaku mulai ''dewasa'' ketika bisa 'tidak mengatakan semua yang ingin dikatakan'. Juga: ''bisa tidak melakukan semua yang ingin dilakukan''. 

Anak autis selalu mengatakan apa pun yang ingin dikatakan. Juga melakukan apa pun yang ingin dilakukan. Karena itulah anak autis tidak bisa diterima oleh lingkungan. 

"Untuk bisa bekerja secara tim ternyata orang harus bisa menyimpan sebagian yang sebenarnya ingin dikatakan," katanya pada saya di suatu ketika. 

Ryu punya dua orang anak. Saya pun, kemarin, bertanya: apakah anaknya juga autis. "Autis ringan. Mild," katanya. 

Ilmu, menurut Ryu berbeda dengan pengetahuan. Ilmu itu harus logis. Harus ada hitung-hitungannya. 

Ilmu tidak peduli apakah orang percaya hasil hitungan itu atau tidak. "Ilmu tidak peduli kalau ada yang tidak percaya 2x2 itu 4," katanya.  

Maka dalam seminar Mitokondria kemarin itu ditanyakan juga soal Isa/Yesus yang tidak punya ayah. Juga soal posisi keyakinan dalam otak. "Keyakinan itu bukan ilmu, jadi tidak usah dibahas," katanya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan