Fenomena Dumbphone: Dari Digital Detox hingga Pasar yang Tumbuh Diam-Diam
Di tengah dominasi smartphone, dumbphone atau ponsel sederhana justru kembali dilirik. Dari alasan digital detox hingga keamanan, pasar ini tumbuh meski terbatas.-ISTIMEWA-
REL, JAKARTA - Di era serba digital, kemungkinan besar Anda membaca berita ini melalui smartphone.
Perangkat yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari tersebut, hadir bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga pusat hiburan, pekerjaan, hingga media sosial.
Namun, dampak buruknya tak bisa diabaikan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone berlebihan dapat menurunkan kualitas tidur, memengaruhi kesehatan mental, hingga membuat otak tetap bekerja meski seharusnya beristirahat.
Tak heran jika semakin banyak orang mencoba melepaskan diri dari jerat kecanduan smartphone.
Salah satu cara yang populer belakangan ini adalah digital detox, yaitu membatasi penggunaan perangkat pintar demi meningkatkan produktivitas dan kesehatan.
BACA JUGA:Xiaomi 15T & 15T Pro Meluncur di Indonesia, Andalkan Lensa Leica dan Performa Dimensity
BACA JUGA:Bupati Joncik Ajak Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah
Kekhawatiran lain yang juga muncul adalah soal keamanan data pribadi yang rawan bocor.
Dumbphone Jadi Alternatif
Di tengah fenomena itu, hadir sebuah tren menarik: dumbphone atau ponsel sederhana dengan fungsi terbatas.
Bukan hal baru memang, karena modelnya merujuk pada ponsel lawas era pra-smartphone seperti Nokia 3310, atau perangkat baru dengan fitur minimal.
Menurut data Counterpoint Research, sepanjang tahun lalu tercatat sekitar 210 juta unit feature phone terjual di seluruh dunia.
Angka tersebut memang hanya 15% dari total penjualan ponsel global, tetapi cukup menunjukkan bahwa segmen ini tetap memiliki pasar, terutama di negara berkembang.