Pasal Selingkuh, Dua Warga Rejang Lebong Dicambuk 100 Kali

Dua warga Rejang Lebong, Bengkulu, menjalani hukuman adat berupa 100 cambukan dan denda Rp30 juta setelah kedapatan berselingkuh. Tradisi ini masih dijaga masyarakat setempat sebagai bentuk menjaga kehormatan desa, Sabtu (4/10/2025). Foto: Istimewa--

REL, Bengkulu - Dua warga di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, masing-masing berinisial ED dan SU, harus menanggung malu di hadapan masyarakat.

Keduanya menjalani hukuman adat berupa 100 kali cambukan dan denda sebesar Rp30 juta setelah ketahuan berselingkuh, meski telah memiliki pasangan sah.

Prosesi hukuman adat itu digelar di Desa Selamat Sudiarjo, Kecamatan Bermani Ulu, pada Sabtu (4/10/2025).

Warga berbondong-bondong menyaksikan pelaksanaan sanksi tersebut yang dipimpin langsung oleh Ketua Badan Masyarakat Adat Rejang, Ahmad Faizir.

BACA JUGA:Dukung Penuh Pembangunan Laboratorium Kesehatan Berskala Besar

“Keduanya sudah menikah dengan pasangan masing-masing dan terbukti menjalin hubungan terlarang sebagai pasangan bukan muhrim,” ujar Ahmad Faizir.

Menurut Ahmad, praktik hukum adat di Rejang Lebong telah lama menjadi bagian dari sistem sosial masyarakat setempat, terutama dalam kasus perselingkuhan dan pelanggaran norma kesusilaan.

“Kasus ini terungkap setelah kerabat SU beberapa kali memergoki keduanya jalan bersama. Ditambah lagi ada bukti video yang memperlihatkan hubungan keduanya,” jelasnya.

Akibat peristiwa tersebut, suami SU memutuskan bercerai, sementara ED masih berusaha mempertahankan rumah tangganya.

BACA JUGA:Fokus Pengendara Melawan Arus

Ahmad menambahkan, dalam masyarakat Rejang, pelaksanaan sanksi adat tidak hanya bersifat hukuman tetapi juga ritual pembersihan kampung atau dikenal sebagai “cuci kampung”.

Tujuannya untuk mengembalikan keseimbangan sosial dan membersihkan desa dari perbuatan yang dianggap mencoreng nama baik komunitas.

“Tradisi ini bukan untuk mempermalukan, tapi untuk menegakkan kembali nilai moral yang telah disepakati leluhur,” ujarnya.

Meskipun di era modern praktik hukum adat seperti ini jarang ditemui, masyarakat Rejang Lebong tetap memegang teguh nilai-nilai adat sebagai cara penyelesaian konflik sosial yang dianggap efektif. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan