Oleh: Dahlan Iskan
BAGAIMANA cara menyikapi perkembangan yang terjadi di tubuh Golkar yang begitu dahsyat sekarang ini?
Pilihan 1: Prihatin.
Ini adalah pilihan di kalangan masyarakat yang menjunjung tinggi moralitas. Mereka prihatin bagaimana moralitas politik tercampakkan begitu nyata.
Pilihan 2: Cuek.
BACA JUGA:Pra Rekonstruksi Kasus Pemb*nuhan Hendra Wijaya di Empat Lawang, Polres Tetapkan Dua Tersangka
BACA JUGA:Kejati Sumut Tangkap Tersangka Korupsi Program Indonesia Pintar di Langkat
Ini adalah peristiwa di dalam internal Golkar. Tidak semua orang terlibat di Golkar. Sebagian besar kita bukan Golkar. Maka mayoritas merasa tidak terpanggil untuk menegakkan moralitas di rumah tangga orang lain.
Pilihan 3: Apatis.
Politik ya begitu. Sudah biasa. Hoping ciak kuping. Saling serobot kursi. Serobot suara. Jegal-menjegal. Tipu menipu. Etika? Gombal. Partai yang paling ideologis pun membuat Anies Baswedan limbung. Apalagi partai yang memang sudah terbiasa pragmatis.
Pilihan 4: Iri-Dengki.
BACA JUGA:Kejati Sumut Tahan Dua Tersangka Korupsi Pengadaan APD Covid-19 sebesar Rp24.007.295.676
BACA JUGA:Universitas Diponegoro Bantah Dugaan B*nuh Diri Mahasiswi Didorong oleh Perundungan
Ini pilihan orang yang kalah. Tersisih. Golongan ini merasa terlibat dalam pertarungan tapi kalah. Bisa kalah karena kurang nekat, kurang menjilat, kurang sogok, kurang edan, dan kurang uang. Jumlahnya tidak banyak tapi terbaca. Apa pun alasannya, yang jelas mereka kalah dalam pertarungan.
Pilihan 5: Wait and See.