Tak Hanya Timah, Ini Deretan Komoditas Andalan Lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Senin 02 Sep 2024 - 22:47 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Adi Candra

Tak Hanya Timah, Ini Deretan Komoditas Andalan Lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

REL, BACAKORAN.CO - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bukan hanya dikenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia, tetapi juga sebagai produsen berbagai komoditas bernilai tinggi lainnya. 

Beberapa di antaranya adalah rotan, damar, madu, tikar kajang, dan kayu wangi dari spesies Gonstylus Bankanus. 

Keberagaman komoditas ini menjadikan Bangka Belitung sebagai salah satu pusat perdagangan penting di Indonesia, bahkan ada komoditas yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan gaharu (Aqualiria), yang juga sangat berharga.

Sejarah Pulau Bangka erat kaitannya dengan masa kejayaan Kesultanan Palembang. Pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman (1659-1706), Pulau Bangka yang saat itu berstatus Sindang yang Merdeka (Vryheren) diwajibkan untuk mengembangkan tanaman lada (sahang), gambir, dan kapas. 

BACA JUGA:Lahat Masuk Kategori Rawan Tinggi Pilkada

BACA JUGA:Ratusan Driver Ojol di Sumsel Gelar Aksi Protes

Namun, kebijakan ini berubah pada masa Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (1702-1711), yang mulai menekankan sektor pertambangan timah karena tingginya permintaan di pasar dunia.

Menurut sejarawan dan budayawan Bangka Belitung, Akhmad Elvian, perubahan kebijakan ini berlanjut pada masa Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757). Kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin I atas Pulau Bangka terancam oleh kakaknya, Sultan Anom Alimuddin, yang membangun kekuasaan di Kubak (Stocade of Koba) antara tahun 1722-1732. 

Ketegangan ini memicu konflik bersenjata, dan Sultan Mahmud Badaruddin I akhirnya berhasil mempertahankan Pulau Bangka dengan bantuan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).

Berkat bantuan VOC, Sultan Mahmud Badaruddin I berhasil mengusir Arung Mappala dari Tanjung Ular dan menghancurkan benteng-benteng di sekitarnya. Dalam catatan Andaya (1993:187), disebutkan bahwa "Dua pertiga dari Bangka berada di bawah kendali Arung Mappala atau Sultan Anum." Sultan Mahmud Badaruddin I mempertahankan Pulau Bangka dengan mengerahkan 5.000 pasukan dan 130 kapal melalui Toboali.

Namun, bantuan VOC tidak datang tanpa syarat. Sultan Mahmud Badaruddin I harus membayar semua biaya perang yang telah dikeluarkan VOC dan membasmi seluruh tanaman gambir dan kapas di Pulau Bangka. Akibatnya, produksi gambir dan kapas di Bangka berhenti, dan fokus eksploitasi beralih sepenuhnya ke mineral timah.

BACA JUGA:Tambang Timah Bangka Belitung: Sejarah Panjang, Ancaman Lingkungan, dan Harapan Masa Depan

BACA JUGA:Miliki Kekayaan yang Luar Biasa, Ini 3 Raja Tambang di Provinsi Bangka Belitung: Siapakah Dia?

Sejarah Pulau Bangka menunjukkan bagaimana dinamika politik dan ekonomi pada masa lampau memengaruhi pola pengembangan dan eksploitasi sumber daya alam. Provinsi Bangka Belitung sendiri hingga kini masih menjadi penghasil timah terbesar di Indonesia, mendominasi 90 persen dari produksi timah nasional. Penambangan timah di wilayah ini sudah dimulai sejak tahun 1711.

Kategori :