Para pendukung Kurikulum Merdeka melihat kebijakan ini sebagai langkah maju dalam sistem pendidikan. Beberapa argumen yang mendukung kebijakan ini antara lain:
1. Penekanan pada Kreativitas dan Potensi Individual
Kurikulum Merdeka mendorong pengembangan kreativitas dan bakat siswa, memberikan ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi minat masing-masing.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih relevan dan berfokus pada potensi unik setiap siswa.
2. Fleksibilitas dalam Pembelajaran
Kurikulum Merdeka dirancang lebih fleksibel, memungkinkan sekolah dan guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi lokal.
Hal ini memberikan otonomi lebih besar bagi sekolah untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih kontekstual dan bermakna.
3. Peningkatan Keterampilan Hidup
Kurikulum ini juga mengintegrasikan pengembangan keterampilan hidup seperti literasi digital, pemecahan masalah, dan berpikir kritis yang sangat penting dalam era globalisasi saat ini.
Argumen Kontra: Tantangan Implementasi di Lapangan
Di sisi lain, beberapa pihak mengkhawatirkan sejumlah tantangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka, seperti:
1. Kurangnya Konsistensi dan Standar yang Jelas
Penggunaan Kurikulum Merdeka dapat memicu ketidakpastian dalam hal konsistensi antar sekolah, terutama di daerah terpencil. Hal ini bisa memperumit evaluasi pendidikan secara nasional, mengingat setiap sekolah mungkin menerapkan pendekatan yang berbeda.
2. Keterbatasan Sumber Daya dan Persiapan Guru
Salah satu kritik utama adalah minimnya pelatihan dan sumber daya yang diberikan kepada guru. Banyak guru merasa belum siap dengan perubahan besar ini, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki akses terbatas terhadap teknologi dan fasilitas pendidikan yang memadai.
BACA JUGA:Nasaruddin Umar Diundang Prabowo sebagai Calon Menteri: Profil Imam Besar Masjid Istiqlal