Tahija Wolbachia

Jumat 17 Nov 2023 - 21:42 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Sjakon menemukannya: Sri Sultan Hamengkubuwono X dari Yogyakarta. 

Sjakon menjelaskan bahwa Yogyakarta adalah salah satu daerah dengan korban DB terbanyak. Sri Sultan pun memberikan dukungannya. Bahkan Sultan mengatakan ''jangankan korban begitu besar, satu orang Yogyakarta meninggal pun sudah terlalu banyak''. 

Kalimat Sultan itu seperti mantra. Diingat terus oleh Yayasan Tahija. Dikutip lagi oleh Trihadi untuk saya.

Yang penting, kata Sultan, program ini aman. Sudah berdasar penelitian. Pelaksanaannya juga harus hati-hati.

Sultanlah yang membuat program Yayasan Tahija ini berjalan. Sultan menggunakan senjata otonomi daerah. Tidak perlu minta persetujuan pusat –yang sudah jelas sikap tidak mendukungnya.

BACA JUGA:Galakkan Gerakan Hidup Sehat

Yayasan Tahija pun sangat hati-hati melangkah. Dimulai dengan area sangat kecil: hanya di dua dukuh. Yakni dukuh Nogotirto dan Kronggahan. Keduanya di Sleman.

Lebih satu tahun tim Yayasan menyiapkan masyarakat di dua dukuh itu. Dijelaskan sangat detail dan berulang-ulang. ''Bahkan masyarakat diajak ke laboratorium Universitas Gadjah Mada. Mereka melihat sendiri proses terjadinya demam berdarah,'' ujar Trihadi. ''Juga proses penyuntikan telur nyamuk dengan Wolbachia,'' tambahnya.

Sambil menyiapkan masyarakat, Yayasan Tahija berbicara dengan UGM. Yayasan membantu pengadaan dua laboratorium demam berdarah untuk UGM. Pihak UGM menyiapkan peneliti dalam jumlah yang cukup. 

''Jadi, yang hebat itu para peneliti demam berdarah di UGM,'' ujar Trihadi. Merekalah yang menyempurnakan penelitian Prof O'Neill: sampai menjadi bisa diterapkan di Indonesia.

Para peneliti UGM pula yang melakukan penelitian crossing. Itu penting karena yang akan jadi objek adalah nyamuk lokal –bukan nyamuk bule.

BACA JUGA:Pengedar Narkoba di Macang Sakti Berhasil Dibekuk Polisi

Begitu UGM siap, masyarakat di dua dukuh itu juga sudah siap. Maka kepada penduduk yang terpilih jadi objek diberikan ember. Diisi air. Ke dalam air itu ditaruh telur nyamuk yang sudah terinfeksi Wolbachia. Tiap ember diberi 10 sampai 15 telur. 

Tidak semua rumah diberi ember. Satu ember bisa untuk radius 50 m. Setelah dua minggu, telur itu sudah terbang menjadi nyamuk. Lalu ember diisi air lagi. Diberi telur nyamuk lagi. 

Begitulah. Tiap 2 minggu dilakukan hal yang sama. Sampai 12 kali.

Setelah itu memang terasa jumlah nyamuk di dua dusun itu meningkat. Tapi penduduk tidak kaget. Sudah tahu. Itu bukan lagi nyamuk yang berbahaya. Pada siklus berikutnya jumlah nyamuk kembali normal. Yang berbeda: nyamuk normal itu tidak berbahaya lagi.

Kategori :

Terkait

Senin 18 Nov 2024 - 21:18 WIB

Tafsir Iqra Oleh: Dahlan Iskan

Selasa 12 Nov 2024 - 22:03 WIB

Kawin Thinking

Senin 11 Nov 2024 - 21:52 WIB

Kasus DBD di Sumsel Meningkat

Senin 11 Nov 2024 - 20:59 WIB

Dangkal Dalam

Kamis 07 Nov 2024 - 20:50 WIB

Bismillah Karnaval

Terkini

Minggu 24 Nov 2024 - 23:29 WIB

Hanya Trofi yang Penting!

Minggu 24 Nov 2024 - 23:24 WIB

Arsenal Serius Incar Raphinha

Minggu 24 Nov 2024 - 23:20 WIB

Drama Posisi Mbappe di Real Madrid

Minggu 24 Nov 2024 - 23:15 WIB

Manchester City Dibantai Tottenham 4-0