REL,BACAKORAN.CO – Kota Singkawang, Kalimantan Barat, bukan hanya dikenal sebagai kota seribu klenteng, tapi juga sebagai pusat wisata religi Tionghoa terbesar di Indonesia.
Salah satu ikon utamanya adalah Vihara Tri Dharma Bumi Raya, yang telah menjadi simbol toleransi, spiritualitas, dan keindahan arsitektur budaya Tionghoa selama lebih dari satu abad.
BACA JUGA:HP 3-5 Jutaan Sudah Bisa Jadi Andalan Content Creator, Ini Pilihannya!
Sejarah dan Makna Religius
Vihara Tri Dharma Bumi Raya dibangun pada abad ke-19 dan menjadi tempat ibadah utama bagi penganut agama Buddha, Tao, dan Konghucu.
Vihara ini bukan hanya sekadar tempat sembahyang, tetapi juga merupakan pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi masyarakat Tionghoa di Singkawang.
Setiap tahun, ribuan umat dan wisatawan berbondong-bondong datang ke vihara ini untuk mengikuti berbagai perayaan keagamaan, salah satunya Cap Go Meh, yang dikenal secara nasional bahkan mancanegara. Saat itulah, ritual barongsai, tatung (medium roh), dan parade budaya digelar dengan megah.
BACA JUGA:Sekolah Rakyat Siap Hadir di Empat Lawang, Prioritaskan Anak dari Keluarga Kurang Mampu
Keindahan Arsitektur dan Simbolisme
Arsitektur vihara ini sangat mencuri perhatian. Bangunan utama dihiasi dengan ornamen naga, burung phoenix, dan patung-patung dewa-dewi dalam ajaran Tri Dharma.
Warna merah mendominasi hampir seluruh bangunan, melambangkan keberuntungan dan semangat. Atapnya yang berundak melambangkan hubungan antara manusia dan langit.
Di dalam vihara, terdapat altar-altar utama untuk Dewa Bumi, Kwan Im (Dewi Welas Asih), dan Dewa Langit. Asap dupa dan nyala lilin selalu menghiasi ruangan, menciptakan suasana khusyuk yang menenangkan.
BACA JUGA:Wajib Dikunjungi, Nih 5 Rekomendasi Wisata Religi di Banten
Pengaruh Sosial dan Budaya
Lebih dari sekadar tempat ibadah, Vihara Tri Dharma Bumi Raya juga berfungsi sebagai jembatan antarbudaya.