Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tegas! Deep Learning Bukan Kurikulum, Konten Kreator Diminta Hentikan Informasi Menye

Kamis 26 Jun 2025 - 19:00 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Adi Candra

Rel, Bacakoran.co – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengeluarkan pernyataan tegas terkait maraknya penyebaran informasi menyesatkan seputar pendidikan.

Hal itu dilakukan oleh sejumlah konten kreator di media sosial. Peringatan ini disampaikan dalam konferensi di Graha Utama Kemendikdasmen, Jakarta, pada Minggu, 23 Juni 2025.

Abdul Mu’ti menyoroti secara khusus kesalahpahaman yang tersebar luas tentang istilah deep learning, yang kerap disebut sebagai kurikulum baru oleh konten kreator tidak bertanggung jawab.

Ia menegaskan bahwa deep learning bukan kurikulum ataupun metode pendidikan, melainkan pendekatan pembelajaran mendalam yang menuntut siswa untuk berpikir kritis dan memahami konsep secara utuh, bukan sekadar hafalan.

“Di media sosial banyak konten-konten yang menyesatkan, tolonglah jangan lanjutkan,” tegas Mu’ti.

Ia mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan guru, tetapi seluruh elemen masyarakat, termasuk para konten kreator yang kini aktif menyebarkan informasi kepada jutaan pengguna internet.

BACA JUGA:Mantan Pj Bupati Empat Lawang Diperiksa Tim Kejaksaan

BACA JUGA:Polres Empat Lawang Ungkap Kepemilikan Senpi Ilegal di Paiker, Pelaku Sembunyikan Revolver di Perut

Menurutnya, informasi yang keliru—seperti narasi bahwa ujian akhir akan dihapus total, atau bahwa guru hanya menjadi fasilitator tanpa mengajar—telah membuat banyak guru dan orang tua kebingungan. Hal ini dikhawatirkan bisa mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.

“Deep learning itu pendekatan pembelajaran yang dalam, bukan cuma permukaan. Ini sangat penting agar siswa tidak sekadar menghafal,” tambahnya.

Untuk mengatasi fenomena ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah tengah memperkuat literasi digital, serta membuka ruang diskusi publik baik secara daring maupun luring. Tujuannya agar masyarakat bisa mengakses informasi pendidikan yang benar dan terpercaya langsung dari sumber resmi.

Mu’ti juga menghimbau para orang tua dan siswa untuk lebih kritis terhadap konten pendidikan yang beredar di internet. Tidak semua informasi yang viral layak dijadikan acuan, apalagi jika berasal dari sumber yang tidak memiliki kompetensi di bidang pendidikan.

Terakhir, ia mengajak para konten kreator untuk menjalankan peran edukatif dengan penuh tanggung jawab.

“Pendidikan adalah ranah serius yang memerlukan kejelasan dan ketepatan, bukan sekadar konten viral,” pungkasnya.

BACA JUGA:Samsung S27 Ultra Dirumorkan Tanpa S Pen Built-in: Akhir Era Note di Lini Ultra?

Kategori :