Sony Xperia Pernah Jadi Mimpi Basah Teknologi, Kini Jadi Produk yang Terlupakan

Selasa 22 Jul 2025 - 11:00 WIB
Reporter : Arul
Editor : Arul

BACA JUGA:Resmi Meluncur! Motorola Edge 60 Pro Tawarkan Fitur AI Canggih dan Desain Premium

Laporan keuangan Sony berbicara lebih keras daripada kampanye marketing mereka. Pada 2023, divisi mobile mencetak 356 juta yen. Setahun kemudian, turun ke 299 juta yen. Tahun ini, hanya menyisakan 279 juta yen. Angka yang terus menurun menunjukkan tren yang tak terbantahkan: Xperia sedang mati pelan-pelan.

Pengiriman unit juga anjlok drastis. Dari 103 juta unit pada 2007 menjadi hanya 2,9 juta unit pada 2020. Di tahun yang sama, Samsung mengirim 255 juta unit dan Apple 201 juta. Pangsa pasar Sony? Tak sampai 1%.

Bahkan di Jepang, tanah kelahiran mereka sendiri, Sony hanya meraih 6% pasar. Sementara Apple merajai dengan 49%, dan bahkan Sharp—yang hampir tak dikenal di luar negeri—mengungguli Xperia dengan 9%.


Diabaikan di Eropa, Terhapus di AS

BACA JUGA:Beasiswa Unggulan 2025: IPK di Bawah 3,00 Bisa Daftar, Ini Caranya!

Dulu, Eropa adalah pasar terkuat Xperia di luar Jepang. Tapi kini, kehadiran mereka semakin kabur. Sony seolah menarik diri diam-diam dari pasar-pasar penting seperti Jerman, Prancis, dan Inggris.

Di AS, eksistensi Xperia lebih menyedihkan lagi. Bahkan firma riset pasar tidak lagi menyebut nama Sony—mereka masuk dalam kategori “Lainnya.” Tak ada promosi, tak ada dukungan operator, tak ada kejelasan. Dan hasilnya jelas: Xperia menjadi hantu yang bahkan tak dikenali oleh konsumen awam.


Sony Perlu Belajar dari LG, Nokia, dan BlackBerry

Masih ingat LG? Produsen smartphone yang dulunya top 5 dunia. Mereka memutuskan berhenti membuat smartphone pada 2021 dengan penuh harga diri. Mereka tidak menunggu sampai benar-benar kalah. Mereka mundur secara terhormat.

BACA JUGA:Program Beasiswa Kader Muhammadiyah 2025 Resmi Dibuka, Simak Jadwal dan Syaratnya!

Nokia dan BlackBerry? Mereka bertahan terlalu lama, berpegang pada kejayaan masa lalu hingga tak ada lagi yang peduli.

Sony saat ini lebih mirip dengan keduanya: tidak berani mundur, tapi juga tidak tahu ke mana harus melangkah. Xperia 1 VII yang overpriced dan underdelivered adalah cerminan sempurna dari krisis ini.


Apakah Xperia Masih Bisa Diselamatkan?

Pertanyaannya bukan lagi “kapan Sony akan bangkit?” tapi “apakah mereka mau bangkit?”

BACA JUGA:Gak Perlu Flagship! HP Xiaomi Ini Punya Kamera 108 MP dan Layar AMOLED

Sony masih punya peluang—kecil, tapi ada. Mereka bisa menciptakan Xperia gaming phone yang sesungguhnya. Mereka bisa menyatukan kekuatan PlayStation, Bravia, dan WH-1000XM ke dalam satu ekosistem mobile. Mereka bisa menciptakan iPhone-nya sendiri versi Sony. Tapi semua itu hanya bisa terjadi jika ada kemauan.

Selama divisi smartphone dibiarkan berjalan sendiri tanpa dukungan penuh dari ekosistem Sony, selama harga tetap tak masuk akal dan distribusi tetap berantakan, Xperia akan tetap menjadi kenangan. Bukan masa depan.


Penutup: Saatnya Sony Menentukan Arah

Sony Xperia bukan produk gagal karena teknologinya buruk. Ia gagal karena kurangnya visi dan keberanian mengeksekusi potensi yang dimilikinya. Sementara Apple dan Samsung berlomba membangun kerajaan, Xperia malah seperti bangunan indah yang ditinggalkan pembangunnya.

Kategori :