Itulah sebabnya ketika mendapat tawaran hibah tambang NU langsung mengajukan permohonan.
"Jangankan tambang batu bara, sampeyan-sampeyan ini ditawari gethuk saja mau," gurau Gus Yahya. Gethuk adalah makanan berasal dari singkong yang ditumbuk halus. Batubara warnanya hitam. Gethuk warnanya putih.
BACA JUGA:10 Sapi dan 2 Kambing Siap Disalurkan ke 10 Kecamatan
BACA JUGA:Kawasan Jalan Protokol Kota Tebing Tinggi Padat Menjelang Idul Adha
Kenapa NU mengajukan permohonan itu? "Ya karena jelas, kita butuh itu," katanya.
Gus Yahya lantas berseloroh sambil menunjuk hadirin dari kalangan NU. "Coba lihat sampeyan-sampeyan ini, melarat semua. Sudah berapa lama melarat seperti ini," katanya.
"Warga NU itu saking sudah lamanya melarat sampai pun imajinasi untuk menjadi kaya saja tidak punya," katanya.
Gus Yahya rupanya juga mendengar sorotan ini: mengapa tidak mengutamakan penggalangan iuran anggota saja. Kalau setiap warga NU urunan Rp 2.000 saja seminggu sekali, hasilnya sudah lebih banyak dari tambang batu. bara. Apalagi pasti banyak yang tidak sekadar Rp 2 000 --harga sebatang rokok yang paling murah.
Si pengusul kelihatannya belum pernah jadi pengurus ormas: betapa sulitnya mengumpulkan iuran dari anggota. Padahal, kewajiban iuran itu sudah ditegaskan dalam konstitusi ormas: di anggaran dasar dan anggaran rumah tangga mereka.
Mungkin hanya Muhammadiyah yang relatif bisa menjalankan amanat konstitusi organisasi itu.
Soal iuran anggota itu Gus Yahya hanya bisa menanggapi dengan melucu. "Mau mengembangkan sumber daya manusia kok pakai iuran. Ini pasti gara-gara terlalu lama melarat sehingga imajinasi pun tidak punya".(Dahlan Iskan)