Gajah RK
Dahlan Iskan saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh.--
Begitu sampai di depan museum saya langsung mengagumi desain bangunan ini. Simple tapi mengesankan. Modern tapi klasik.
Jalan masuk museum itu berbentuk lorong. Menurun. Agak gelap. Kanan kiri lorong berupa air dalam kaca yang berombak. Berada di lorong ini seperti berada di dalam laut.
Susana di dalam air itu lebih diperkuat oleh suara gelombang laut di lorong gelap itu. Apalagi saat kita menuruni lorong: rintik-rintik air jatuh dari atas. Seperti gerimis. Menjatuhi kepala dan bahu kita. Rambut sedikit basah.
Inilah lorong masuk yang membuat kesan pertama menjadi dramatis. Ada unsur ngeri dan mengharukan.
Lorong itu, kegelapan itu, air di kanan kiri itu, gerimis pakai air sungguhan itu, adalah bagian yang harus dipuji dari desain museum.
Anda sudah tahu: yang mendesainnya adalah arsitek dalam negeri, asal Bandung, lulusan ITB: Ridwan Kamil. Begitu kaya imajinasinya.
Bagian lain yang juga mengagumkan dari desain museum ini adalah kolam di lantai dasarnya. Nyaris seluas lantainya. Berbentuk oval. Seirama dengan keovalan bentuk keseluruhan museum.
Kolam air itu tidak dalam. Tapi ada ikannya. Pengunjung museum boleh menaburkan makanan ikan ke kolam. Makanan disediakan oleh petugas. Tinggal bayar Rp 5.000/orang.
Tentu ada display foto-foto tsunami. Banyak sekali. Juga ruang video layar lebar: memutar video terjadinya tsunami. Berarti video itu sudah diputar ribuan kali selama 15 tahun. Rasanya video itu sudah waktunya diedit lagi. Disesuaikan dengan waktu. Semakin jauh waktu dari saat terjadinya tsunami kesan terhadap video tersebut semakin kurang dramatis. Harus diubah.
Maka perlu ada editing agar sesuai dengan penonton masa kini.
Yang juga unik di museum ini adalah satu ruang di lantai atas: ruang gajah. Tema di ruang ini: peranan gajah dalam rehabilitasi tsunami Aceh.
Gajah ternyata memegang peran yang penting pasca tsunami Aceh. Gajahlah yang menyingkirkan benda-benda berat di wilayah tsunami.
Saat itu mobil dan alat berat belum bisa masuk. Sulit. Alat berat tidak punya kaki sefleksibel gajah.
Gajahlah yang menarik kayu-kayu besar yang tumbang. Merekalah yang menyingkirkan mobil-mobil rusak yang teronggok.
Gajah-gajah itu didatangkan dari sekitar Banda Aceh. Jumlahnya tujuh ekor. Saya belum berhasil mendapat data apakah para gajah yang berjasa itu masih ada. Atau sudah banyak yang meninggal dunia.