China vs Amerika: Ketegangan Chip Semakin Memanas, Dunia Terancam Perang Dagang Baru
Doc/Foto/Ist--
REL,BACAKORAN.CO – Hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas. Pemerintahan Presiden Joe Biden dilaporkan akan mengumumkan pembatasan ekspor baru pada perusahaan semikonduktor China. Langkah ini berpotensi memperburuk tensi perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Menurut laporan Bloomberg, AS tengah mempertimbangkan untuk menambahkan sekitar 200 perusahaan chip asal China ke dalam daftar hitam perdagangan. Langkah ini bertujuan membatasi akses China terhadap teknologi chip canggih, khususnya semikonduktor dan peralatan kecerdasan buatan (AI), yang dapat digunakan untuk memperkuat militer Beijing.
BACA JUGA:Buah Rambutan: Kandungan Nutrisi dan Manfaatnya untuk Kesehatan
BACA JUGA:Kacang Hijau, Ini Kandungan Nutrisi dan Manfaatnya untuk Kesehatan
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, mengutuk kebijakan tersebut dalam konferensi pers reguler. Ia menegaskan bahwa China akan mengambil langkah tegas jika AS memperluas kontrol perdagangannya.
“Tindakan ini sangat mengganggu tatanan ekonomi dan perdagangan internasional, merusak keamanan industri global, dan membahayakan kerja sama antara China dan AS,” ujar He Yadong pada Jumat (29/11/2024).
BACA JUGA:Faktor Ekonomi, Dua Sabahat Nekat Lakukan Aksi Begal
BACA JUGA:Pelaku Penyerangan saat Bentrok Dua Kubu Paslon di Muratara Diamankan
Potensi Eskalasi di Bawah Trump
Situasi semakin kompleks menjelang pergantian kepemimpinan di AS. Donald Trump, yang akan kembali menjabat sebagai Presiden AS pada Januari mendatang, telah berjanji untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar 10% untuk semua impor dari China. Trump juga menuding Beijing tidak cukup serius dalam menghentikan penyelundupan obat terlarang melalui Meksiko ke AS.
Kebijakan Trump ini memicu kekhawatiran di kalangan pengamat ekonomi internasional. “Perang dagang jilid II dapat memperburuk krisis ekonomi global yang saat ini masih rentan akibat pandemi dan ketegangan geopolitik lainnya,” kata James Walker, seorang analis perdagangan internasional.
BACA JUGA:Pelaku Penyerangan saat Bentrok Dua Kubu Paslon di Muratara Diamankan
BACA JUGA:Korban Hanyut di Grand Canyon Lahat Ditemukan Meninggal Dunia
Respon China