Walk Out
Oleh: Dahlan Iskan --
Kekayaan Toha masih kalah jauh dari kekayaan Luci, tapi Toha telah jadi tokoh riil yang secara nyata telah membela ekonomi masyarakat.
Dan lagi Toha hampir tidak keluar biaya. Ia tidak perlu melalukan serangan fajar.
Waktu kampanye pun banyak acara yang disiapkan oleh kelompok masyarakat sendiri. Legalisasi minyak mentah dari sumur tua itu memang menyangkut nasib puluhan ribu rakyat Muba. Mereka merasa semua itu berkat jasa Toha.
Toha juga orang yang berjuang untuk keluarga. Ia anak nomor tiga dari sembilan bersaudara. Kakaknya sudah menikah sehingga punya tanggungan keluarga. Enam adiknya harus sekolah.
Maka begitu tamat SMP Toha memutuskan untuk bekerja. Apa saja. Termasuk membantu ayah mencari kayu di hutan. Berbulan-bulan kayu itu tidak menghasilkan uang. Harus terkumpul banyak dulu. Lalu dijadikan lanting --diikat-ikat di atas sungai. Lanting itu dihanyutkan di sungai Musi sampai ke Palembang.
Di kota besar itulah kayu dijual. "Satu tahun dapat uang satu kali," kenang Toha. "Biarlah saya tidak sekolah. Yang penting semua adik saya bisa terus sekolah," ujar Toha.
Setelah adik-adiknya jadi sarjana, dan setelah menjadi staf lokal kami, Toha ingin sekolah. Maka ia ikut program Paket C tingkat SMA. Lulus. Dengan ijasah Paket C itu Toha kuliah. Di salah satu universitas swasta di Palembang. Jadilah Toha sarjana hukum.
Toha akan terus ingat apa yang menyebabkan ia walk out. Yakni soal pemerintahan yang bersih. Sebentar lagi Toha sendirilah pemerintahan Muba itu.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 30 November 2024: Sherly Benny
Wilwa
Penggemar Kho Pingho: Bocah Tua Nakal / Old Naughty Boy/ Lo Boan Tong / Lao Wan Tong (baca: Lao Wan Thoung) 老顽童! Tapi yang dikata-katain bukannya tersinggung hatinya tapi tersungging senyum lebarnya. Memang kelas Dewa! Beda dengan kita-kita. Saya curiga gara-gara ganti “hati”nya puluhan tahun lalu. Hati seorang pemuda di Tiongkok sana. Makanya selalu berjiwa muda. Just kidding :):):)
Wilwa
@KoJo. FYI. Otak kiri logika, otak kanan rasa tidak punya dasar ilmiah. Menurut Ryu Hasan yang ahli bedah otak dan mendalami cara kerja otak. Emosi/Rasa dan/atau rasio/logika memerlukan partisipasi aktif dan full dari seluruh bagian otak kita. Sama seperti anggapan, kita hanya memanfaatkan sebagian kecil otak kita misal hanya 10% otak kita. Itu hanya kata “motivaCOT” macam Carnegie seabad lalu yang tak ada dasar ilmiahnya. Kalau otak hanya berfungsi 10% bisa jadi itu berarti Anda sudah “koma” atau “vegetatif” mati batang otak. Hmmm
BACA JUGA:Pj Bupati Sampaikan Apresiasi Kepada KPU dan Pihak Keamanan
BACA JUGA:Pleno KPU Empat Lawang Berjalan Lancar, Rekapitulasi 10 Kecamatan Resmi Disahkan