Petani Muda Yogi siap harumkan Indonesia

Robusta Lahat juara! Petani muda Yogi siap harumkan Indonesia di Asia Tenggara! Dari Lahat ke dunia! Kopi Robusta Yogi Kurniawan tembus ajang internasional. Foto : Ist--

REL, Lahat - Kebanggaan tersendiri hadir dari tanah Lahat, Sumatera Selatan. Seorang petani muda asal Desa Serambi, Kecamatan Jarai, bernama Yogi Kurniawan, berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan menyabet juara pertama dalam kompetisi WE Kopi Kolaborasi 2025.

Tak hanya menang, Yogi juga terpilih sebagai wakil Indonesia untuk ajang Southeast Asia Green Coffee Competition, sebuah kompetisi kopi hijau tingkat Asia Tenggara yang sangat bergengsi.

Keberhasilan Yogi tak datang begitu saja. Ia berani tampil beda dengan mengusung kopi Robusta dari kebunnya yang diolah menggunakan metode honey anaerob, teknik fermentasi unik yang dianggap mampu menghasilkan cita rasa lebih kompleks dan konsisten. 

“Saya tahu lomba ini dari media sosial. Waktu itu langsung tertarik dan kirim sampel kopi pada Desember lalu,” ujar Yogi, saat diwawancarai pada Jumat (18/4).

BACA JUGA:Gebu Minang Sumsel Resmi Dilantik

Yogi menjelaskan, pemilihan teknik honey anaerob bukan tanpa alasan. Kondisi geografis dan keterbatasan fasilitas di kebunnya membuat metode fullwash sulit diterapkan karena belum adanya sistem pengelolaan air limbah yang memadai. 

Sementara metode natural dinilai terlalu menyita lahan dan waktu penjemuran yang lama.

“Dengan honey anaerob, saya bisa mengontrol proses fermentasi untuk menjaga cita rasa kopi tetap stabil, sambil efisien dari segi lahan dan waktu,” terang Yogi. 

Keputusannya tersebut terbukti membuahkan hasil. Dalam penilaian yang dilakukan oleh tim juri, kopi Robusta Lahat yang diolah Yogi mencatatkan skor 83,35, menempatkannya di posisi puncak. 

BACA JUGA:Pastikan Penanganan Banjir Tidak Dilakukan Sendirian

Posisi kedua ditempati kopi Robusta dari Temanggung, Jawa Tengah, dengan skor 83,23, dan posisi ketiga diraih Robusta dari Kerinci, Jambi, dengan skor 82,65. 

Dalam kompetisi ini, para peserta diminta tidak hanya mengirimkan sampel kopi seberat 25 kilogram, tapi juga menyerahkan titik koordinat kebun dan area penjemuran.

Data ini digunakan untuk menilai dampak lingkungan dari proses budidaya dan pengolahan yang digunakan peserta. 

Hal tersebut sejalan dengan misi kompetisi WE Kopi Kolaborasi yang menitikberatkan pada kelestarian lingkungan, keberlanjutan pertanian, serta kualitas rasa dan inovasi dalam pengolahan kopi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan