Matahari Kembar

--
dipindah ke Pontianak. Yakni saat ibu kota Kalbar membangun Pontianak Convention Center. Ia ikut di
proyek itu.
Di Pontianaklah sang kakek ketemu jodohnya: wanita keturunan Pidie, Aceh. Lahirlah Junaini. Jadi
wartawan.
Sang wartawan bertemu seorang siswi kebidanan yang indekos di dekat rumah Kasimin. Saling jatuh
cinta. Tapi ada tembok di antara cinta itu. Gadis itu Tionghoa. Katolik. Bermarga Tan. Dia berasal dari
daerah Mempawah, sekitar 50 km dari Pontianak.
Tembok itu jebol. Tan yang menerobosnya. Lahirlah anak pertama: Qadhafy. Lalu mereka mengambil
anak angkat, seorok bayi dari keluarga Tionghoa. Tak lama kemudian lahir anak laki-laki terakhir: Iqbal.
Si anak angkat, tetap ikut agama orang tua asli: Konghuchu. "Kami tetap bersaudara. Tetap kami anggap
kakak," ujar Iqbal.
Setiap ke Pontianak saya makan bersama Junaini. Biasanya di resto masakan Tiuchu terkenal di
Pontianak. Terakhir tahun lalu. Yakni setelah saya pulang dari Chaozhou, satu kabupaten dekat kota
Shantou.
Kepadanya saya pamer diri: baru pulang dari Chaozhou. Saya pikir hanya orang seperti saya yang bisa