Misteri Makam Puyang Gunung di Ulak Mengkudu

// Jejak Keturunan Sipahit Lidah atau Perantau Bengkulu?

REL, Empat Lawang – Di balik rimbun kebun kopi dan karet, tersembunyi sebuah makam tua yang tak hanya menyimpan kisah spiritual, tapi juga teka-teki asal-usul tokoh besar. 

Terletak di Desa Ulak Mengkudu, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, makam ini dipercaya sebagai peristirahatan terakhir Sia Ali Majedin—sosok keramat yang dikenal juga sebagai Puyang Gunung.

Untuk sampai ke sana, peziarah harus meniti jembatan gantung dan mendaki bukit yang cukup terjal. 

Tapi lelah perjalanan seakan tak berarti ketika hawa sakral mulai menyergap. Langkah kaki menyusuri tanah merah di antara kebun-kebun sunyi, seolah membawa peziarah mundur ke masa lalu.

BACA JUGA:Pasca Idul Adha, harga Daging Ayam Masih Tinggi

Bukan ziarah biasa. Banyak yang datang dengan membawa ayam panggang putih-kuning tanpa garam, nasi kuning, hingga sesajen khas lainnya.

Niat mereka pun tak sembarangan—mulai dari memohon restu pernikahan, jabatan, sampai kesuksesan dalam rantau. Tapi jangan coba-coba datang dengan niat buruk.

"Kalau niat jelek, bisa kena lamian. Bisa celaka," ujar Rozali (86), sesepuh desa setempat.

Siapakah Puyang Gunung sebenarnya? Di sinilah misteri mulai membelit. Sebagian warga percaya Puyang Gunung adalah cucu dari tokoh legendaris Si Pahit Lidah—pemilik kutukan maut yang melegenda di seantero Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Gegara Diminta Uang Rp 50, Tia Dianiaya Oleh Suami Sirinya

"Ayah beliau Serunting Sakti, anak dari Si Pahit Lidah," klaim Rozali, dengan nada penuh keyakinan.

Namun, klaim ini ditolak oleh tokoh masyarakat dari desa tetangga, Abas.

Ia justru menyebut bahwa Puyang Gunung merupakan anak dari seorang perantau asal Bengkulu bernama Serunting Sakti.

Setelah kembali ke Bengkulu, si ayah meninggalkan anaknya—Sia Ali Majedin—di tanah Ulak Mengkudu.