Sumsel Dicanangkan Jadi Episentrum Investasi Hijau Berbasis Petani

Ketua Apindo Sumatera Selatan, Sumarjono Saragih. Foto: dok/Istimewa--

REL, Palembang – Sumatera Selatan (Sumsel) tengah mematangkan diri untuk bertransformasi menjadi episentrum baru investasi hijau dan inklusif di Indonesia. Namun, upaya ini diakui tidak mudah dan membutuhkan langkah kolaboratif masif dari seluruh pemangku kepentingan, terutama dalam menghadapi tantangan domestik dan global yang kian kompleks.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sumsel, Sumarjono Saragih, menegaskan bahwa wilayahnya tidak boleh lagi hanya menjadi pemasok bahan mentah. Sumsel harus bergerak menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berorientasi pada nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat.

Pernyataan ini disampaikan Sumarjono saat menjadi narasumber kunci dalam 2nd Sriwijaya Economic Forum 2025 bertema Strengthening Investment in South Sumatra to Enhance Economic Resilience Amid Global Headwinds.

Dalam paparannya, Sumarjono memaparkan dua tantangan besar yang dihadapi dunia usaha Sumsel. Tantangan pertama bersifat domestik, mencakup isu fundamental seperti ketidakpastian hukum di sektor perkebunan, keterbatasan infrastruktur penunjang, serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih perlu ditingkatkan.

BACA JUGA:WASPADA! Sumsel Masuk Masa Kritis Peralihan Musim

Tantangan kedua adalah isu global yang jauh lebih dinamis. Ini meliputi ketatnya regulasi sertifikasi keberlanjutan produk, maraknya kampanye hitam terhadap komoditas ekspor andalan, dan gejolak geopolitik dunia yang sewaktu-waktu dapat mengganggu rantai pasok.

"Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuki kegelapan. Dunia usaha harus mengambil peran nyata dalam perubahan," ujar Sumarjono, menekankan bahwa di balik tantangan selalu ada peluang untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh.

Keyakinan terhadap peluang baru tersebut salah satunya tertumpu pada sektor kopi, yang dinilai memiliki potensi luar biasa untuk kembali menempati panggung dunia.

Melalui inisiatif bertajuk South Sumatera Sustainable Coffee Initiative (SoCOFI), APINDO bersama pemerintah daerah, lembaga internasional, dan pelaku usaha berupaya keras membangun ekosistem kopi yang sepenuhnya berkelanjutan. Target utamanya jelas: menjadikan petani sebagai episentrum dan pelaku utama yang menikmati hasil dari jerih payahnya sendiri.

BACA JUGA:Dikira Tidur Saat Jam Pelajaran Oknun Guru Aniaya Murid

“Petani kopi tidak boleh hanya menjadi penonton. Mereka harus menjadi pelaku utama yang menikmati hasil dari jerih payahnya sendiri,” tegasnya.

Untuk memperkuat momentum ini, APINDO juga menyiapkan forum tahunan multipihak bertajuk InaCOF 2026. Forum ini direncanakan menjadi wadah besar yang mempertemukan petani, industri, eksportir, kafe, NGO, hingga pembeli internasional. InaCOF 2026 diharapkan menjadi titik balik kebangkitan kopi Sumsel yang selama ini kalah pamor dari provinsi tetangga seperti Lampung.

“Sumatera Selatan punya kopi, tapi belum punya nama besar. Ini saatnya kita bangkit bersama. Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat harus bersatu membangun merek kopi Sumsel di kancah dunia,” kata Sumarjono penuh optimisme.

Selain kopi, langkah APINDO juga mencakup kerja sama global untuk mewujudkan transisi ekonomi yang adil. Sumarjono mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjalin kemitraan dengan lembaga internasional seperti GIZ dan ILO melalui program Just Transition, yang fokus pada transisi ekonomi hijau berbasis masyarakat. Inisiatif ini diharapkan menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat daya saing komoditas lokal di pasar global.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan