Kemendikdasmen Perkuat Penerapan Deep Learning, Fokus Tingkatkan Kualitas Pembelajaran Nasional
Kemendikdasmen Perkuat Penerapan Deep Learning, Fokus Tingkatkan Kualitas Pembelajaran Nasional-ist/net-
Rel, Bacakoran.co – Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia terus dilakukan secara serius oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Salah satu langkah strategis terbaru adalah penguatan penerapan Deep Learning atau pembelajaran mendalam yang kini menjadi prioritas nasional dalam proses belajar mengajar di tingkat dasar dan menengah.
Program ini diwujudkan melalui pelatihan intensif Deep Learning bagi para guru dan kepala sekolah, yang diselenggarakan oleh Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Jawa Barat bekerja sama dengan organisasi Persatuan Islam (Persis). Pelatihan tersebut diikuti 236 peserta, terdiri dari 172 guru PAUD, 64 guru SD, serta 106 kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan.
BACA JUGA:Hak Jawab PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Terkait Berita
BACA JUGA:Messi Abaikan Portugal dalam Bursa Rival Juara
???? Deep Learning Jadi Prioritas Nasional
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menegaskan bahwa Deep Learning bukan sekadar program baru, melainkan perubahan pendekatan fundamental dalam pendidikan.
Menurutnya, pendekatan ini bukan kurikulum baru, namun cara baru dalam memahami, mengajarkan, dan mengontekstualisasikan materi.
“Deep Learning meminta guru memahami substansi materi secara mendalam. Prioritasnya adalah menentukan apa yang harus diajarkan sebelum bagaimana cara mengajarkannya,” ujarnya.
Pendekatan ini muncul sebagai jawaban dari berbagai hasil asesmen nasional yang menunjukkan bahwa banyak siswa hanya memahami konsep dasar namun kesulitan menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata — baik dalam matematika, Bahasa Indonesia, maupun Bahasa Inggris.
???? Tiga Pilar Utama Deep Learning
Atip menyoroti tiga pilar penting yang menjadi pondasi penerapan Deep Learning di sekolah:
1. Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Materi harus relevan dan punya nilai nyata bagi kehidupan siswa, bukan sekadar hafalan.