Pulang!

Disway.--

Agar istimewa Kevin mencari mata kuliah yang tidak umum. Jalan pikirannya: apa yang kira-kira akan dibutuhkan di Indonesia 10 tahun setelah ia masuk kuliah. 

Ia putuskan: special effect. Ia meleset dengan perkiraan 10 tahunnya itu tapi itulah jalan hidupnya sampai dapat pekerjaan di grup Walt Disney. 

Waktu memilih jurusan itu Kevin punya kendala besar: ia tidak bisa menggambar. Pun tidak menyukai menggambar. Profesor di kampus itu yang mengubah cara berpikirnya.  

"Saya tidak bisa menggambar," ujar Kevin pada profesor itu. 

"Justru kalau kamu sudah bisa menggambar untuk apa ambil jurusan ini." 

"Tapi nilai saya nanti kan jelek?" tanya Kevin. 

"Di sini nilai tidak ditentukan oleh kualitas gambar. Tapi seberapa maju perkembangan Anda dalam menggambar. Dulu bisa apa, sekarang sudah bisa apa." 

Ucapan pendidik seperti itu yang membuat tekad Kevin bulat di jurusan special effect. Guru menghidupkan minat siswa. 

Tiba di San Fransisco kami tidak menginap di rumah teman lama maupun teman baru. Saya menginap di rumah temannya teman. Agak sungkan juga dapat gratisan jenis itu. 

Ia teman satu kelas suaminya Janet. Tinggalnya di Palo Alto. Di kawasan Silicon Valley. Tidak jauh dari kampus Stanford University. 

Ia juga punya rumah di Beijing. Istrinya lagi pulang ke Beijing. Anak pertamanya sudah kerja di New York. Yang kedua kuliah di kota lain. Ia lagi bujangan. Kamarnya lima. Halaman belakangnya bisa untuk senam dansa. 

Rumahnya di Beijing di dekat universitas terbaik di Tiongkok: Tsinghua University. Yang di California dekat Stanford. 

Ia sendiri lulusan teknologi penerbangan di universitas kota kecil di Tiongkok. Cita-citanya kuliah di universitas terbaik tidak kesampaian. Tapi dua rumahnya, semua, kini di dekat universitas terbaik di dua negara. 

Kevin kelihatan gelisah ketika tahu tidak bermalam di hotel. "Masak saya harus bermalam di rumah temannya temannya teman," katanya dalam bahasa Jawa Semarangan. 

Proses memiliki teman baru ternyata berliku. Tapi rupanya sulit juga bagi Kevin untuk bisa berteman baru dengan tuan rumah. Beda generasi. Ngobrol pun sulit: harus lewat saya sebagai penerjemah. Meski sudah delapan tahun di Amerika kelihatannya ia masih sulit untuk ngobrol dalam bahasa Inggris. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan