RAKYATEMPATLAWANG - Pada masa perang kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945 hingga 1949, berbagai tanda dan kode bahaya diciptakan oleh rakyat untuk memperingatkan gerilyawan Republik tentang kehadiran tentara Belanda.
Salah satu tokoh yang mengabadikan pengalaman tersebut adalah Hendri Johari, seorang lelaki berusia 92 tahun, yang mengingat kembali peristiwa penting pada masa itu.
BACA JUGA:Pagar Alam, Kota Kecil Sejuta Misteri dari Zaman Belanda! Ada Harta Karun?
BACA JUGA:Belanda Harus Pertahankan Performa
BACA JUGA:Francesco Bagnaia Bertekad Menambah Rekor Kemenangannya di Grand Prix Belanda
dilansir dari historia.id, beliau mengisahkan tentang kode bahaya dan isyarat yang digunakan oleh rakyat dalam melindungi gerilyawan.
Pada tahun 1947 di Sukanagara, Cianjur Selatan, suatu peristiwa menarik terjadi.
Saat seorang pria bernama Somal sedang melantunkan adzan Ashar, ia tiba-tiba melihat gerakan beberapa serdadu Belanda di jalanan kampung.
Meskipun terkejut dan gugup, Somal berhasil menahan diri untuk tidak teriak.
BACA JUGA:Sejarah Pemberian Bantuan Palang Merah Belanda di Sukabumi pada Tahun 1947
BACA JUGA:Pelajari Technical Leadership Sepak Bola Amatir di Belanda
Namun, lantunan adzan yang tidak lazim tersebut segera diketahui oleh para gerilyawan dan penduduk kampung.
Dengan cepat, mereka menghindar dari kawasan tersebut dengan berbagai cara, termasuk masuk ke hutan atau pura-pura mengerjakan sesuatu.
Beberapa warga yang tidak punya waktu untuk menyelamatkan diri pun berusaha bertahan.
Kode bahaya semacam ini menjadi umum di kampung-kampung pada masa perang kemerdekaan.