Sebelumnya, kakak perempuan korban, Asni (49), menceritakan almarhumah awalnya menikah dan bercerai, dengan dikaruniai 2 orang anak. “Lalu menikah lagi, dapat 3 anak lagi. Tapi sekitar setahun yang lalu, suaminya (yang kedua) meninggal dunia,” terangnya.
Sebagai tulang punggung keluarga, almarhumah bekerja di sebuah rumah makan di Indralaya dan menginap di sana. Almarhumah orangnya tertutup. Sehingga Asni membelikannya hp yang sengaja diaktifkan GPS-nya, agar lebih mudah mengetahui keberadaannya.
“Terakhir map terlacak di Tanjung Senai, setelah itu tidak aktif lagi. Sampai akhirnya ada penemuan mayat itu. Motor dan hp adik saya hilang,” bebernya. Asni menyatakan berkeinginan melihat langsung pelaku yang telah membunuh adiknya itu. “Mengapa dia (pelaku) setega itu,” tanyanya.
Asni mewakili kelima anak korban, meminta aparat penegak hukum untuk menjatuhkan hukuman yang seberat mungkin. “Jangan divonis 20 tahun, apalagi 15 tahun. Harus lebih berat, seumur hidup sampai hukuman mati. Biar pelaku bisa merasakan apa yang kami rasakan," tukasnya penuh emosi.
Penemuan jasad perempuan mengapung di bawah Jembatan Pesona Tanjung Senai, Senin sore (19/8), viral di media sosial. Putri sulung korban, Meisa Melani (23), bahkan sempat menuliskan komentar melalui akun Facebook miliknya, malam itu.
Lalu kemudian Meisa mendapat kiriman video, dari salah satu yang berkomentar di Facebook tersebut. “Kakak langsung menjerit, karena video yang beredar itu mirip ibu kami,” kenang Fitri (17), adik dari Meisa Melani, juga putri korban.
Sebab, Meisa melihat gelang yang masih terpasang pada tangan korban terrsebut, mirip dengan dipakai ibunya. ”Kakak saya langsung ke rumah sakit di Tanjung Senai untuk mengeceknya, ternyata benar ibu kami,” tutur Fitri.
Fitri terakhir bertemu ibunya, 15 Agustus 2024 lalu. Hari Kamis itu, ibunya sempat pulang ke rumah mereka di Kelurahan Kutaraya, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten OKI. “Ngasih uang, tidak lama itu kembali lagi ke tempat bekerjanya,” imbuhnya.
Kepada keluarganya, sambung Fitri, ibunya mengatakan bekerja di rumah makan pecel lele, daerah Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten OI. “Sudah lama, menginap di sana. Kami saja tidak pernah diberi tahu lokasi rumah makan itu," sesalnya.
Lanjut Fitri, ibunya sempat mengatakan akan pulang lagi ke Kayuagung, Selasa, 20 Agustus 2024. Hendak menonton anak bungsunya, yang ikut acara karnaval HUT Kemerdekaan RI. “Tapi waktu dihubungi teleponnya Senin malam (19/8), hp ibu sudah tidak aktif lagi,” ucapnya sedih. (*).