REL, Banyuasin – Setiap tahun antara September hingga November, ribuan burung migran dari Siberia dan Rusia memilih Semenanjung Banyuasin sebagai persinggahan dalam perjalanan migrasi mereka. Kehadiran burung-burung ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi para wisatawan, tetapi juga menjadi fokus perhatian bagi peneliti burung di seluruh dunia.
Kawasan Semenanjung Banyuasin, khususnya hutan mangrove di belakang garis pantai, menjadi habitat penting bagi burung migran ini. Namun, hutan mangrove tersebut pernah mengalami kerusakan parah akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 1997-1998. Saat ini, kawasan tersebut tengah dalam proses perbaikan dan rehabilitasi, terutama di area yang sebelumnya dibuka untuk tambak ikan.
Meskipun hutan mangrove mulai pulih dengan baik, ancaman dari aktivitas pertambakan ikan masih terus mengintai, terutama di kawasan yang dikenal sebagai Solok Buntu atau Sungai Barong. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai zona tradisional, namun pengawasan yang ketat tetap diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove dan memastikan kelangsungan kehadiran burung migran di wilayah ini.
Mengapa Semenanjung Banyuasin menjadi tujuan utama burung migran? Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan menawarkan ekosistem lahan basah yang sangat mendukung bagi burung migran. Berdasarkan data pemantauan tahun 2017, terdapat sekitar 5.468 individu burung migran yang teridentifikasi di Semenanjung Banyuasin dengan 14 jenis yang berbeda.
BACA JUGA:Ribuan Warga Tumpah Ruah, Deklarasi Yulius Maulana-Budiarto di Lahat Berlangsung Meriah
BACA JUGA:Ramai Isu Miring Serang Paslonkada
Di antara jenis-jenis burung yang kerap singgah di Semenanjung Banyuasin, beberapa di antaranya adalah:
1. Burung Biru Laut (Limosa limosa dan Limosa laponica) – Dengan jumlah 30.000-32.000 ekor, burung biru laut menjadi jenis yang mendominasi kawasan ini.
2. Burung Gajahan (Numenius phaepus dan Numenius arquata) – Tercatat sebanyak 380-400 ekor, burung gajahan juga menjadi bagian dari komunitas migran di Semenanjung Banyuasin.
3. Burung Cerek (Charadrius mongolus, Pluvialis squatarola, Pluvialis fulva, Charadrius alexandrines, dan Caradrius leschenaultii) – Jenis burung cerek ini teramati sebanyak 950-1000 ekor.
4. Burung Trinil (Tringa nebularia, Tringa stagnatilis, Tringa guttifer, Actitis hypoleucos, Xenus cinereus, Arenaria interpres, dan Limnodromus semipalmatus) – Tercatat sebanyak 1250-1300 ekor.
5. Burung Dara Laut (Sterna albifrons, Sterna hirundo, Sterna bergii, Sterna bengalensis, Sterna caspia, dan Chlidonias hybrida) – Burung dara laut menghuni kawasan ini dengan jumlah sekitar 960-1000 ekor.
Upaya pelestarian yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat menjadi kunci keberlanjutan ekosistem ini. Konservasi yang dilakukan di Semenanjung Banyuasin dan Taman Nasional Berbak Sembilang, Sumatera Selatan, termasuk rehabilitasi hutan mangrove dan pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambakan ikan.
Kesadaran masyarakat setempat juga menjadi faktor penting dalam menjaga kelestarian hutan mangrove dan kehadiran burung migran. Para pedagang dan wisatawan juga diimbau untuk turut berperan dalam menjaga habitat ini.
Organisasi seperti Hutan Kita Institute (HaKI) terus melakukan pemantauan terhadap populasi dan jenis burung migran di sepanjang pesisir Semenanjung Banyuasin, membantu memahami dinamika ekosistem yang ada dan memberikan informasi penting bagi konservasi ke depannya. (*)