Menguak Ideologi Kekerasan di Balik Sumpah Geng Motor Bandung

Senin 07 Oct 2024 - 10:50 WIB
Reporter : Pauzan
Editor : Pauzan

RAKYATEMPATLAWANG – Kekerasan jalanan akibat geng motor kembali menjadi sorotan di Bandung setelah insiden pada akhir September 2024.

 Seorang pemuda yang tengah mendorong sepeda motornya yang mogok menjadi korban kekerasan geng motor di Jalan LLRE Martadinata. 

Pemuda tersebut diserang secara brutal oleh anggota geng setelah tidak merespons provokasi yang diteriakkan oleh kelompok tersebut.

Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan yang melibatkan geng motor di Kota Bandung. 

BACA JUGA:Maarten Paes Absen dalam Laga FC Dallas, Cedera Ringan Jadi Penyebab

BACA JUGA:Cara Mudah Memindahkan M-Banking BCA ke HP

Kepolisian Polrestabes Bandung saat ini masih menyelidiki kasus ini, di mana selain penganiayaan, harta benda milik korban juga dirampok oleh pelaku.

Ideologi Kekerasan dalam Geng Motor

Geng motor di Bandung, yang mulai muncul sejak 1980-an, kerap dikaitkan dengan aksi kekerasan. 

Studi yang dimuat dalam jurnal AL-Munir (2010) mengungkapkan bahwa ideologi kekerasan menjadi salah satu doktrin yang dianut oleh para anggota geng motor.

BACA JUGA:Tips Menghemat BBM: Gaya Berkendara dan Perawatan Mobil yang Tepat

BACA JUGA:Dimulai Rp 119 Juta, Anda Dapat Miliki Hyundai Aura yang Elegan dan Sekeren ini!

 Doktrin tersebut diikat melalui sumpah yang dilakukan selama proses rekrutmen.

Neni Efrita, dalam studinya, menyebutkan bahwa sumpah ini menjadi pondasi kekerasan yang sering dilakukan oleh geng motor. 

Ada tiga poin utama dalam sumpah tersebut: melawan polisi, melawan orang tua, dan keberanian dalam melakukan kejahatan. 

Anggota baru yang berhasil melawan aparat atau orang tua dianggap memiliki potensi besar dalam organisasi geng motor.

Kategori :