REL,Demak – Hujan pagi itu mulai reda. Rintik-rintik gerimis membasahi desa Kadilangu, Demak, namun tidak menyurutkan semangat para peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Mereka semua menuju satu tujuan: makam Kanjeng Sunan Kalijogo, salah satu Wali Songo yang paling fenomenal dan penuh kisah unik dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.
Berbeda dari Wali lainnya yang identik dengan jubah dan sorban, Sunan Kalijogo dikenal dengan gaya berpakaian khas Jawa: baju lurik hitam dan blangkon.
Kesederhanaannya membuat beliau begitu dekat dengan masyarakat, tak hanya dalam cara berdakwah, tetapi juga dalam kesehariannya.
Dakwahnya pun menyentuh melalui jalur budaya: wayang, tembang Jawa, dan seni ukir menjadi alat untuk menanamkan ajaran Islam tanpa memaksa.
Saat memasuki kompleks pemakaman melalui pintu samping yang terhubung langsung dengan masjid peninggalan beliau, suasana terasa syahdu.
Lorong menuju makam dipenuhi para pedagang yang ramah dengan dagangan beraneka ragam mulai dari souvenir bertema Wali Songo hingga kuliner khas.
Harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau, tidak seperti beberapa destinasi wisata religi lain.
Di sepanjang lorong, peziarah akan menemui sejumlah pengemis yang meminta dengan sopan.
Tak ada paksaan, dan jika ditolak dengan halus, mereka akan langsung menyingkir. Ini menjadi pemandangan yang jarang ditemukan di tempat serupa.
BACA JUGA:Waterpark Baru di Lampung Selatan Viral di Media Sosial, Tawarkan 7 Jenis Kolam untuk Semua Usia
Memasuki area utama makam, pengunjung diwajibkan melepas alas kaki. Petugas menyediakan kantong plastik dan tempat penitipan sandal bagi kenyamanan.
Meskipun hari hujan, lorong-lorong menuju makam tetap nyaman dilewati karena sudah dilengkapi atap pelindung.
Sebelum berziarah, pengunjung diarahkan mengisi buku tamu. Tak ada tiket masuk, hanya anjuran sedekah seikhlasnya.