REL, Palembang — Aktivitas pertambangan batubara di Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya di wilayah Muara Enim dan Lahat, dilaporkan nyaris lumpuh total selama tiga bulan terakhir. Kondisi kritis ini disebabkan oleh belum rampungnya proyek koneksi jalan khusus angkutan batubara yang menjadi urat nadi distribusi.
Ketua Asosiasi Batubara Sumsel, Andi Asmara, mengungkapkan bahwa terhentinya operasional secara berkepanjangan telah membawa banyak perusahaan tambang ke titik kritis.
“Itu cost-nya besar sekali, tidak mungkin bertahan lama. Tiga bulan berhenti saja sudah kritis,” ujar Andi pada Jumat (17/10/2025).
Menurut Andi, mandeknya operasional tambang ini berimplikasi langsung pada produksi batubara Sumsel yang merosot drastis. “Operasional dari Tanjung Enim sudah tiga bulan stop, dari Lahat juga. Jadi produksi batubara Sumsel, khususnya Muara Enim dan Lahat, drop-nya besar sekali—lebih dari 50 persen,” tegasnya.
BACA JUGA:CCTV Dipasang di Sungai Bayas
Bahkan perusahaan-perusahaan besar seperti Grup Titan yang mengoperasikan tambang dan jalan Swarnadwipa Lentera Raya (SLR) juga turut terdampak akibat adanya pembangunan di jalur Duku.
Kondisi ini dipicu oleh belum tersambungnya keseluruhan proyek jalan khusus yang menargetkan total panjang 150 kilometer. Saat ini, jalan khusus yang baru terbangun mencapai 120 kilometer, menyisakan sekitar 30 kilometer yang harus diselesaikan untuk mengkoneksikan seluruh tambang di lintas Muara Enim–Lahat.
“Artinya semua tambang akan kita koneksikan. Dari Tanjung Enim–Muara Enim masuk ke tambang BAS milik Grup Titan, PT Bara Murti, eks tambang ABS, GGB, kemudian ke Banjar Sri Bumi atau C-Way RDP, sampai tembus ke jalan SLR,” jelas Andi.
Meskipun penyambungan jalan antar tambang ini telah menjadi fokus utama pemerintah daerah, proses di lapangan menghadapi sejumlah kendala. Andi menyebutkan, faktor cuaca ekstrem yang terus basah sepanjang tahun menjadi penghambat utama.
BACA JUGA:Wujudkan Ketahanan Pangan
“Hujan terus, istilahnya tahun ini kita tidak melihat matahari. Harusnya Mei sampai November itu panas, tapi ini malah hujan. Jadi pekerjaan di lapangan sulit,” ungkapnya.
Selain itu, penggunaan lahan tambang aktif juga menjadi kendala. “Belum lagi ada fasilitas tambang yang harus kita jaga,” tambahnya.
Pemerintah Provinsi Sumsel sendiri telah menekankan pentingnya jalan khusus sebagai solusi permanen untuk mengatasi kemacetan dan meningkatkan keselamatan transportasi batubara di jalan umum. Wakil Gubernur Sumsel Cik Ujang bahkan telah memerintahkan percepatan pembangunan agar jalan khusus tersebut bisa segera difungsikan, sesuai instruksi Gubernur Sumsel Herman Deru.
Andi Asmara menambahkan bahwa kondisi yang menekan perusahaan dari sisi finansial ini juga mulai berdampak pada tenaga kerja dan rantai pasok industri. Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat segera menemukan solusi terbaik (win-win solution) untuk mempercepat penyelesaian proyek infrastruktur ini.
BACA JUGA:Muba di Posisi Puncak, 16 Peraihan Medali Ajang Porprov XV