Kombinasi teobromin dan teofilin yang ditemukan pada biji cokelat dinilai dapat mengendalikan gejala asma.
Teobromin bekerja dengan cara meringankan sumbatan pada jalur pernapasan sehingga batuk yang menjadi gejala asma bisa berkurang.
Sementara itu, teofilin akan meregangkan otot dinding saluran pernapasan sehingga lebih mudah dilewati udara. Dengan begitu, sesak napas karena asma bisa berkurang.
8. Menurunkan risiko kanker
Dengan kandungan antioksidan yang cukup tinggi, olahan biji kakao dapat membantu mencegah kerusakan sel dan DNA sebagai salah satu penyebab kanker.
Selain itu, polifenol dalam biji cokelat juga dapat mengendalikan pertumbuhan sel abnormal sehingga mencegah kanker semakin menyebar.
Meski begitu, manfaat cokelat dalam menurunkan risiko kanker masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
9. Meringankan gejala diabetes tipe 2
Makan cokelat secara berlebihan memang tidak disarankan bagi pasien diabetes.
Namun, selama diolah dengan tepat dan menjaga kandungan flavonoidnya, biji cokelat justru bisa membantu meringankan gejala diabetes tipe 2.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Antioxidants (2017) menyebutkan bahwa flavonoid dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan kadar lemak darah, hingga mencegah kerusakan oksidatif akibat diabetes.
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa kebanyakan cokelat yang ditemui di pasaran sudah tercampur gula dan pemanis lainnya sehingga manfaatnya tidak setinggi biji kakao mentah.
Efek samping terlalu banyak makan biji cokelat
Meski mengandung segudang manfaat, biji dari tanaman Theobroma cacao ini tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Bagi beberapa orang, biji kakao bisa menyebabkan alergi yang ditandai dengan ruam, gatal-gatal, iritasi, dan sensasi panas pada kulit.
Selain itu, cokelat bahkan berpotensi menyebabkan kenaikan asam lambung bagi sebagian orang.