REL, Muratara - Di tengah gencarnya pemerintah menurunkan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, terselip kisah memilukan dari Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Seorang warga Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, almarhumah Suryati (35), meninggal karena kelaparan dan kehausan. Dia menghembuskan nafas terakhirnya Sabtu (13/4) pukul 18.00 WIB. Persis tiga hari setelah semua umat Islam bergembira merayakan Hari Raya Idulfitri 2024.
Penyebab meninggalnya ibu dua anak ini bikin miris. Dia kekurangan asupan gizi. Saat mayoritas warga menikmati makan lezat di momen Lebaran, Suryati justru sedang menunggu ajal karena asupan makanan tak bisa lagi masuk ke tubuhnya.
Saat ditemukan oleh Umar Ali, mantan kepala desa (Kades) Sungai Jernih, kondisi Suryati sudah lemas. Kehausan dan kelaparan. "Pak Umar pulang dari kebun, melihat Suryati tergeletak di pinggir jalan. Dia bilang, haus, minta minum. Lalu diberi minum oleh Pak Ali dan warga," tutur Aan, warga desa tersebut.
Melihat kondisi Suryati yang sudah lemas tak berdaya, warga lalu membersihkan tubuhnya yang sudah tinggal kulit dan tulang. “Sempat hendak diinfus Yunus, perawat rumah sakit. Tapi jarum infus tidak bisa masuk lagi. Akhirnya dia meninggal,” bebernya.
BACA JUGA:Pemuda Bertato Ancam Tetangga dan Rusak Toko
BACA JUGA:ABG Terluka Bacok dan Susah Duduk
Informasinya, almarhumah Suryati dan suaminya, Mahani merupakan buruh serabutan. Mereka memiliki dua orang anak yang kini sudah diadopsi oleh panti asuhan dan kerabatnya.
Karena memang kondisi mereka serba kekurangan, sehingga tak mampu menghidupi kedua anak tersebut. Tak jarang suami almarhumah Suryati mengemis ke berbagai tempat di Muratara, bahkan hingga Kota Lubuklinggau.
"Dulu dia dekat rumah aku di Dusun III, kami tetangga di sini yang sering memberikan makanan. Sekitar 8 bulan terakhir, dia pindah ke KP IV, dekat Suku Anak Dalam (SAD), tinggal di pondok milik warga yang berdinding kain saja," cerita Aan.
Menurutnya, selama ini kondisi keluarga almarhumah Suryati seperti luput dari perhatian pemerintah. Anak dia gizi buruk, stunting," cetusnya.
Kondisi almarhumah sendiri terus turun kesehatannya. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Muratara, Tasman mengatakan, beberapa hari sebelum Suryati meninggal, petugas medis sudah turun dan melakukan pengecekan.
"Dari laporan tenaga kesehatan kami di Sungai Jernih, yang bersangkutan terakhir datang ke bidan pasang implant waktu bulan puasa. Tidak ada indikasi kena TBC, HIV atau penyakit lainnya. Tapi memang mengarah kekurangan asupan gizi, dari kondisi fisiknya, termasuk kebersihan diri," jelas Tasman.
Dari data BPS, pada 2022 didapati sekitar 18,45 persen warga Muratara yang berada di bawah garis kemiskinan. Jumlahnya 191.394 jiwa, dengan pendapatan rata-rata mereka hanya Rp565.070 per bulan. Keluarga almarhumah Suryati salah satu yang dalam kategori miskin. (pad)