REL , - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat dibuka dengan melemah, dipengaruhi oleh perkiraan pasar bahwa suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) yang tinggi akan bertahan lebih lama.
Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.924 per dolar AS.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, pernyataan pejabat The Fed menjadi faktor utama dalam apresiasi dolar AS. Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, dan Presiden Fed New York, John Williams, mengisyaratkan bahwa mereka mendukung sikap The Fed yang "higher-for-longer".
Pernyataan mereka menyiratkan bahwa beberapa anggota bank sentral AS masih ragu untuk menurunkan suku bunga kebijakannya lebih cepat pada tahun 2024. Akibatnya, dolar AS menguat dan imbal hasil (yield) US Treasury (UST) 10 tahun naik empat basis poin (bps) menjadi 4,38 persen.
BACA JUGA:1 Minggu 4 Kali Penerbangan, Bandara Atung Bungsu Berpeluang Kembalikan Rute Pagaralam-Jakarta
Para pedagang saat ini masih ingin mengobservasi data ekonomi AS yang cenderung beragam. Klaim pengangguran awal AS (US Initial Jobless Claims) untuk pekan yang berakhir pada 11 Mei 2024 turun kira-kira sesuai dengan perkiraan.
Harga impor dan ekspor AS pada April 2024 naik lebih dari yang diantisipasi, namun perumahan baru dan izin bangunan pada April 2024 cenderung di bawah ekspektasi, sementara produksi industri pada April 2024 secara tak terduga stagnan.
Josua memproyeksikan pergerakan kurs rupiah akan berada di rentang Rp15.900 per dolar AS sampai dengan Rp16.025 per dolar AS. Meskipun demikian, pasar akan tetap memantau perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan suku bunga Fed dan data ekonomi AS yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah ke depannya.*
BACA JUGA:Melintasi Dunia Melalui Mata Uang, Nama-Nama Mata Uang dari Berbagai Negara! Ini Simbolnya
BACA JUGA:Monique Arditi Marten Jadi Korban Dugaan Penipuan Penyewaan Vila Senilai Rp980 Juta