Oleh: Dahlan Iskan
Ada orang selain Tanri Abeng yang "terpaksa" kuliah S-3 agar bisa memimpin universitas: KH Asep Syaifuddin Halim.
Secara keilmuan Tanri Abeng sudah di atas rerata doktor. Pun Kiai Asep. Tapi aturan pemerintah mewajibkan pimpinan perguruan tinggi harus bergelar doktor: doktor beneran, bukan doktor sekadar hadiah seperti honoris causa.
Pak Tanri maupun Kiai Asep sama-sama pendiri perguruan tinggi. Sama-sama punya misi tertentu. Pun sama-sama punya konsep akan ke mana perguruan tinggi itu.
Pak Tanri ke arah lahirnya manajer profesional, leader dan wirausaha.
BACA JUGA:Kapolsek Paiker Mengunjungi Purnawirawan Polri di Desa Kabanjati
BACA JUGA:Satlantas Gencar Sosialisasi dan Penindakan Lalu Lintas
Kiai Asep punya misi melahirkan ulama intelektual.
Dua tokoh itu sama-sama merasa: diri merekalah yang tahu konsep operasional seperti apa agar misi mereka tercapai. Untuk itu harus terjun sendiri. Memimpin sendiri.
Bedanya: Kiai Asep sudah berpengalaman panjang membangun sekolah. Sejak tingkat SD. Sampai SMA. Di Surabaya dan di Pacet, Mojokerto. Sudah pula jatuh bangun. Sudah merasakan ditipu orang.
Akhirnya terbukti pesantrennya maju pesat. Sangat pesat. Santrinya lebih 20.000 orang. Lahan pendidikannya lebih 100 hektare.
BACA JUGA:Pantai Siung: Keindahan Pantai Karang yang Memikat di Gunungkidul, Yogyakarta
BACA JUGA:Pantai Klayar, Bumi Pacitan: Surga Pantai Eksotis di Selatan Jawa
Maka ketika Kiai Asep mendirikan perguruan tinggi, itu hanya seperti orang naik tangga ke yang lebih tinggi.
Di bidang politik Kiai Asep juga selalu sukses: dua kali menjadi tim Jokowi dan dua kali berhasil.