BACA JUGA:Kebakaran Maut di Tol Solo-Ngawi: Minibus Pengantar Jenazah Ludes Terbakar dalam Sekejap
BACA JUGA:Ancaman Ormas Dan Kepala Desa: Laporan Pungli di Sekolah Memicu Kontroversi dan Tindakan Hukum
5. Hak atas Dunia Sosial Anak
Penambahan jam belajar mengurangi waktu bermain dan membangun dunia sosial anak dengan sesama umurnya, yang penting untuk perkembangan psikomotorik dan afektif mereka.
6. Aspek Ekonomi
Penambahan jam belajar mengakibatkan penambahan uang saku anak, menambah beban finansial orang tua. Jika makan siang harus dibeli di sekolah, biaya uang saku bisa meningkat tiga kali lipat.
7. Aspek Keamanan
Anak yang pulang sore hari menghadapi risiko keamanan dan keselamatan. Di kota besar, jam pulang sekolah bersamaan dengan jam macet, meningkatkan risiko kecelakaan dan keterlambatan.
8. Sarana dan Prasarana Penunjang
Di beberapa daerah, sarana transportasi umum sulit diakses. Ruang kelas sering digunakan bergantian pagi untuk sekolah formal dan sore untuk Madrasah Diniyah, sehingga tidak memungkinkan sekolah sampai sore.
BACA JUGA:GIIAS 2024: Penampilan Perdana Harley Davidson dan Moge Baru Memukau di Pameran
BACA JUGA:Penggerebekan Kampung Narkoba di Palembang: Lima Orang Diamankan dan Sejumlah Barang Bukti Disita
9. Ketahanan Keluarga
Anak dari keluarga tak mampu biasanya membantu orang tua setelah pulang sekolah. Jika harus bersekolah hingga sore, orang tua akan terbebani dua kali: meningkatnya kebutuhan uang saku dan berkurangnya tenaga bantuan untuk mencari nafkah.
“Dengan berbagai pertimbangan tersebut di atas, kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, kami dengan hormat meminta agar dikaji ulang dan dibatalkan,” tegas Helmy. Menurutnya, ketegasan dan kearifan pemerintah penting untuk menghentikan kegaduhan dan menjaga kondusivitas pendidikan nasional.
“Kami siap duduk bersama untuk memberikan masukan dan menemukan solusi terbaik bagi kebijakan kontroversial ini,” tandas Helmy.