9 Gejala Gagal Ginjal yang Mesti Diketahui
Ilustrasi--
5. Kencing berbusa
Jika Anda sering mendapati gelembung atau buih saat buang air kecil, artinya urine mengandung protein. Kondisi yang disebut proteinuria ini memang sering menjadi gejala gagal ginjal yang perlu diwaspadai.
Sebenarnya, sesekali mendapati buih dalam urine merupakan hal normal. Namun jika hal ini terus-menerus terjadi pada Anda, tentu bisa menjadi pertanda tubuh sedang bermasalah.
Pasalnya, busa dalam air kencing menjadi pertanda adanya protein dalam urine yang muncul ketika bereaksi di udara. Kondisi ini tidak boleh disepelekan karena ada kemungkinan ginjal tidak menyaring protein dalam darah dengan baik.
Segera periksakan diri ke dokter ketika urine sering mengeluarkan buih atau busa.
6. Kesulitan tidur
Orang dengan gagal ginjal biasanya merasa lelah pada siang hari, tetapi justru kesulitan tidur pada malam hari. Bahkan, tidak sedikit pula yang merasakan sindrom sleep apnea yang mungkin berkaitan dengan efek gagal ginjal lanjut pada pernapasan.
Sleep apnea yaitu kondisi ketika seseorang sesekali berhenti bernapas saat tidur. Seiring dengan berjalannya waktu, gangguan tidur ini dapat membuat penderitanya kesulitan tidur di malam hari dan merasa lelah di siang hari.
Sementara itu, gejala gagal ginjal yang mengganggu kehidupan sehari-hari ini dapat terjadi karena merasakan nyeri pada kaki, gelisah, dan tidak nyaman pada malam hari.
Mereka mungkin juga merasakan dorongan kuat untuk menendang atau menggerakkan kaki mereka. Kebiasaan selama tidur tersebut tidak jarang membuat mereka sering terbangun tengah malam.
7. Kerusakan tulang
Kerusakan pada tulang memang tidak terlihat, tetapi bisa menjadi salah satu tanda dan gejala ketika seseorang mengalami gagal ginjal.
Hal ini dikarenakan gagal ginjal bisa membuat kekuatan tulang melemah akibat kehilangan keseimbangan kalsium dan fosfor dalam darah.
Akibatnya, kelenjar paratiroid memproduksi terlalu banyak hormon paratiroid yang membuat tulang tidak mendapatkan kalsium yang cukup.
Faktanya, kondisi ini memengaruhi 90% pasien yang melakukan prosedur dialisis, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang menyebabkan tulang menjadi lebih lemah, tipis, hingga cacat.