Bersama Ign Harjito (jaket hitam).—
Oleh: Dahlan Iskan --
Dua pemabuk terlibat perdebatan. “Bro, lihat bulan di langit itu. Kita sudah terlalu lama mabuk. Hari sudah malam”, kata pemabuk pertama. “Biar sedang mabuk mataku masih paten. Itu matahari. Bukan bulan”, jawab pemabuk kedua. “Mataku juga tidak picek. Masih cling. Itu bulan”, sahut pemabuk pertama. “Matahari, begok!” “Bulan !” “Matahari!” Dua pemabuk masih tetap yakin pada penglihatannya. Tiba-tiba ada orang lewat. Mereka sepakat bertanya pada orang tersebut. Pemabuk pertama bertanya, “Bang, yang di langit itu, matahari apa bulan ?” “Oh, maaf. Saya tidak tahu. Saya orang baru di sini”
Mirza Mirwan
Pak DI menulis tujuannya adalah "Chicago O,Hare". Itu arah barat laut dari Chicago. Tetapi ilustrasinya kok "Hartford (BDL) --- Bradley Int. Airport -- dan "Chicago (MDW)". CHicago Midway Int. Airport itu di sebelah barat daya Chicago. Jarak kedua bandara itu antara Jadi, Pak DI terbang dari Bradley (Hartford) ke O,Hare atau ke Midway?
BACA JUGA:Sejarah Hari Guru Nasional, Peringatan Dedikasi Guru untuk Pendidikan Indonesia
BACA JUGA:Guru dan Murid Bertukar Peran untuk Peringati Hari Guru di Temanggung
Jokosp Sp
Inilah percakapan seorang Kiai dengan Boss Media yang terjadi beberapa tahun lalu di sebuah pondok miliknya. Dahlan : Assalamu'alaikum Pak Kiai. Kiai : Waalaikum salam wr wb, njanur gunung....., ada yang bisa kami bantu Pak Dahlan?. Kiai : saya ini difonis dokter tidak boleh makan daging, nasi panas, banyak garam, gorengan dan yang berlemak, emping mbinjo, yang manis-manis. Saya pingin normal seperti manusia pada umumnya. Kiai : bapak harusnya bersyukur. Dengan kelebihan yang bapak punya apapun bapak bisa makan, bisa dibeli, bahkan dibeli untuk tidak dimakanpun bisa. Tapi itu dulu. Nah sekarang dengan kondisi bapak itu harusnya dibalik, bapak harus bisa memberikan yang harusnya bapak makan ke orang yang membutuhkan. Janganlah kebalik malah merepotkan orang lain. Kalau saya sih karena tidak mengenal dokter jadi ya aman saja. Apapun yang di atas meja saya makan, itupun kalau ada yang bisa dimakan. Jika tidak ada, ya kami cuma bisa berdo'a dan berikhtiar saja. Saya kadang sebagai Kiai juga sering memakai ilmunya orang itu "yang dilarang itu kan yang di atas kertas hasil medikal cek up. sedang di sini di atas meja aman saja kalau dimakan". Saya juga tidak pernah kenal apa namanya tadi, medikal cek up?. Ke dokter saja tidak pernah, dan mudahan tidak. Bersilaturahmi itu juga bisa menggugurkan sebagian kecil dosa, apalagi sambil beramal. Tapi saya kok sering baca di komentar Disway Pak Dahlan sepertinya cuek saja?. Dahlan : wah Pak Kiai juga rajin baca Disway, baru tahu saya?.--->>>
Lagarenze 1301
Saya nonton akun YouTube Mahfud MD kemarin. Ada Mahfud dan Luhut. Bercerita tentang ke-bestie-an mereka sejak sama-sama masuk kabinet Gus Dur. Bestie sampai sekarang. Mahfud sering ke rumah Luhut. Terakhir sepekan lalu. Gus Dur pun, duluu, sering ke rumah Luhut. Sebelum berangkat, ajudannya telepon dulu. Menanyakan sesuatu. Apakah sesuatu itu? Singkong. Luhut menjamu mereka dengan singkong. Ada juga pisang goreng. Selalu tersaji untuk tamu yang datang. Kata Mahfud, singkong di rumah Luhut bikin kangen. Enak. Pak Dis juga kerap bertemu Luhut. Sayang pertemuan itu di kantor. Tidak ada singkong. Kalau Pak Dis suatu waktu mampir ke rumah Pak Luhut, pasti ada singkong.
Wilwa
Suatu hari seorang bhiksuni tua mendatangi Master Chan 禪 (atau Zen dalam bahasa Jepang) Huineng 惠能 (Xinxing 新兴, Guangdong 广东, 638-713) dan bertanya: “Saya sudah mendalami Nirwana Sutra selama berpuluh tahun dan ada beberapa bagian yang tidak bisa saya pahami, apakah Anda bisa menjelaskannya kepada saya?” Master Huineng menjawab: “Maaf, saya buta huruf, jika Anda dapat membacakan bagian yang tidak Anda pahami itu kepada saya, saya mungkin dapat membantu Anda memahaminya.” Bhiksuni: “Jika Anda buta huruf dan tidak bisa membaca aksara Mandarin sama sekali, bagaimana mungkin Anda dapat memahami kebenaran yang terkandung dalam aksara Mandarin itu?” Huineng menjawab: “Kebenaran dan aksara adalah dua hal yang berbeda. Kebenaran ibarat bulan dan aksara ibarat jari telunjuk yang menunjuk ke bulan. Saya bisa memakai jari telunjuk saya untuk menunjuk bulan tapi jari telunjuk saya bukan bulan itu sendiri.” Kebetulan saat itu malam hari di bulan purnama, Master Huineng menggunakan jari telunjuknya untuk menunjuk ke bulan sambil berkata kepada bhiksuni tua itu: “Dan Anda tak perlu jari telunjuk saya untuk melihat bulan itu bukan?” BAHASA/AKSARA adalah alat atau sarana untuk menunjuk suatu KEBENARAN, menuntun kita pada suatu PENCERAHAN. Menyamakan bahasa/aksara dengan kebenaran adalah sama konyolnya dengan menyamakan JARI TELUNJUK dengan BULAN.
BACA JUGA:Guru di Persimpangan Zaman: Beban, Harapan, dan Transformasi dalam Pendidikan Indonesia
BACA JUGA:Tukarkan Poin dan Nikmati Voucher Seru Setiap Jumat!
ALI FAUZI
"Keteledoran" Pak DIS itu tak lepas faktor U: Usia. Mungkin seperti Mike Tyson yang sudah berusia 58 tahun. Semangatnya menggebu mau jungkalkan Paul Jake yang berusia 27 tahun di ring tinju. Tapi kecepatan dan kekuatan Mike sudah berkurang. Dia pun kalah.